panduaji

Kategori: Uncategorized

Sistem Belajar Musiman

Diperbarui:

Sebagai bagian dari komitmen kami terhadap transparansi, beberapa link di situs kami adalah link afiliasi. Artinya, tanpa biaya tambahan untuk Anda, kami mungkin mendapatkan komisi jika Anda memutuskan untuk melakukan pembelian melalui link tersebut. Komisi ini membantu kami membiayai keberlangsungan blog ini.

Ujian merupakan hal yang sering menjadi momok buat pelajar, entah itu pelajar SD, SMP, SMK, bahkan yang sudah mahasiswa sekalipun. Banyak sekali praktik kecurangan yang dilakukan oleh oknum pelajar guna mendapatkan nilai yang baik, hal ini secara tidak langsung telah menumbuhkan karakter yang buruk terhadap pelajar yang kelak menjadi penerus bangsa.

Selain itu, para pendidik juga menghimbau kepada anak didiknya untuk belajar dengan rajin karena ujian sudah dekat. Himbauan itulah yang sering didengar saat ujian sudah dekat, tidak hanya guru kelas, guru matapelajaran, bahkan saat upacara bendera hal tersebut diulang-ulang. Dari situ tumbuh sebuah budaya yang sepertinya sudah menjadi budaya di berbagai tempat di Indonesia, budaya tersebut mungkin lebih pas jika diberi nama Sistem Belajar Musiman.

UAS
UAS img by ent.eepis-its.edu

Sistem ini sudah dianut sebagian besar pelajar di Indonesia. Coba lihat pelajar di sekeliling kita, ketika musim ujian tiba banyak yang tiba-tiba rajin belajar. Apalagi yang mendapat kisi-kisi dari guru maupun dosen yang membuat soal, bisa jadi lebih rajin dari yang tidak mengetahui kisi-kisinya. Rajin mempelajari / menghafal / bikin contekan? Berbeda jika bukan musim ujian, sangat jarang ditemui orang-orang yang rajin belajar seperti itu kecuali mereka yang les. Tradisi ini mungkin yang berkontribusi membentuk generasi instant di Indonesia, dimana hanya mempelajari sesuatu dalam waktu singkat dan hanya untuk waktu yang singkat pula.

Sistem belajar musiman ini bisa dikategorikan sebagai doping. Karena dengan sistem belajar ini, otak dituntut untuk mengingat banyak sekali materi dalam waktu yang singkat. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada ingatan, karena banyaknya data yang diingat dalam waktu singkat tidaklah sesuai dengan kapasitas proses pengingatan oleh otak, sehingga dalam waktu yang singkat pula hal tersebut akan terhapus dari memori otak (baca: lupa). Jadi apa yang dihasilkan dari sistem belajar musiman ini tidak akan sesuai dengan kompetensi yang sebenarnya dimiliki oleh pelajar, karena sifatnya yang sementara. Jadi jangan heran jika apa yang ada di buku nilai tidak sesuai dengan apa yang dilihat dikemudian hari.

Memang tidak ada sistem pendidikan yang sempurna, setiap sistem memiliki kekurangan dan kelebihan. Menurut saya, sistem belajar musiman ini terbentuk dari keinginan seorang pelajar yang lebih mementingkan nilai dibandingkan esensi pelajaran itu sendiri.  Stempel BODOH sudah siap untuk mereka yang memiliki nilai mata pelajaran di bawah rata-rata. Mungkin bisa dikatakan bahwa pelajar di Indonesia memang disiapkan untuk menjadi SUPERMAN, dimana untuk mendapat pengakuan sebagai anak yang pandai, setiap anak HARUS menguasai banyak sekali bidang pelajaran di sekolah. Karena semakin banyak bidang yang dikuasai (baca: mendapat nilai baik) maka nilai akan semakin tinggi. Apalagi dengan adanya peringkat-peringkat yang disusun berdasarkan jumlah nilai yang dikumpulkan pelajar di berbagai macam bidang studi.

Menurut saya sistem belajar musiman hanya digunakan untuk mengejar nilai, bukan untuk mengejar pengetahuan. Karena sesungguhnya nilai itu akan secara otomatis terakumulasi jika kita mengetahui esensi apa yang kita pelajari. Meskipun banyak pelajar, khususnya mahasiswa akan pentingnya mempelajari esensi, namun tidak banyak yang berani mengambil keputusan untuk mempelajari inti dari sebuah pelajaran formal, mereka lebih memilih untuk mempelajari demi nilai dibandingkan mempelajari dengan mempertaruhkan nilai banyak pelajaran hanya untuk esensi dari sebuah pelajaran.

Sistem ini selain bisa mengakibatkan generasi penerus bangsa menjadi generasi instant, bisa juga mencetak generasi yang manja. Tidak mau susah-susah belajar ketika apa yang dipelajari tidak muncul dalam ujian, sehingga generasi ini hanya mengenal luar dari apa yang dipelajarinya, enggan sekali untuk masuk mempelajari lebih dalam untuk menemukan titik fokus yang memang akan digelutinya saat sudah berstatus bukan pelajar lagi.

Budaya yang lama tumbuh lama-lama menjadi sebuah karakter untuk orang yang tumbuh dengan budaya tersebut. Dan hal tersebut sangat sulit sekali untuk dihilangkan dalam waktu singkat, butuh proses yang lama dan sakit untuk mengubah karakter menjadi lebih baik.

Shopee Lovember

Leave a Comment