panduaji

Kategori: Uncategorized

Esensi Silaturahmi Saat Lebaran

Diperbarui:

Sebagai bagian dari komitmen kami terhadap transparansi, beberapa link di situs kami adalah link afiliasi. Artinya, tanpa biaya tambahan untuk Anda, kami mungkin mendapatkan komisi jika Anda memutuskan untuk melakukan pembelian melalui link tersebut. Komisi ini membantu kami membiayai keberlangsungan blog ini.

Esensi Silaturahmi Saat Lebaran – Mumpung masih dalam suasana lebaran saya mau nulis lanjutan uneg-uneg lebaran tahun ini di desa tentang silaturahmi. Seperti yang sudah pernah saya tulis sebelumnya. Lebaran di desa kali ini sungguh berbeda dengan sebelumnya.

Seperti biasa, saya bertindak sebagai penjaga rumah saat lebaran. Karena nenek merupakan salah seorang yang dituakan di kampung, banyak tetangga yang berkunjung ke rumah. Jadi saya tidak perlu berkeliling ke tetangga karena semuanya sudah datang ke rumah. Namun berbeda dengan dahulu kala, pada lebaran ini terasa begitu berbeda, terutama tentang kebiasan silaturahmi ke tetangga.

Tahun ini saya merasakan benar bahwa silaturahmi antar tetangga di desa hanyalah sebagai sebuah formalitas belaka. Hanya ritual saja. Karena secara singkat silaturahmi adalah menjalin hubungan kekerabatan.

Silaturahmi Antar Tetangga Desa Hanya Ritual

Teringat beberapa tahun lalu ketika saya masih hidup di desa. Suguhan beraneka ragam kue lebaran menghiasi masing-masing ruang tamu penduduk desa. Mulai dari yang tradisional seperti tape ketan hingga yang kue khas kota yang dibawakan oleh saudara dari luar kota.
Saat itu, suasana silaturahmi begitu terasa, baik yang mudik dengan para tetangga di desa. Mereka datang berkunjung, kemudian duduk bersama mengobrol ringan tentang saudara-saudara yang merantau jauh. Meski tidak lama namun terjadi interaksi yang sungguh asyik apabila saya bayangkan.
Sangat jauh berbeda dengan sekarang, para tetangga yang datang hanyalah bersalaman dan saling mengucapkan maaf. Setelah itu langsung berpamitan dengan alasan masih banyak rumah yang belum dikunjungi. Tanpa duduk dan mengobrol ringan seperti dahulu.
Sebagai orang yang merantau saya tidak merasakan terjalinnya silaturahmi dalam pertemuan singkat tersebut. Hanya sebatas cukup tahu.  Oleh karena itu kenapa saya sebut silaturahmi saat lebaran hanya ritual belaka. Terutama dengan tetangga.
Sedangkan dengan saudara, silaturahmi benar-benar terasa. Hal ini mungkin karena memang jarang bertemu dan tinggal satu atap. Sehingga interaksi benar-benar berjalan dengan baik dan saya merasakan bahwa semakin akrab dengan saudara.
Itulah silaturahmi di desa yang saya rasakan, berbeda dengan silaturahmi saat lebaran di kota.

Silaturahmi Saat Lebaran di Kota

Beberapa hari setelah berlebaran di desa, saya kembali di perantauan dan beberapa tetangga juga sempat datang berkunjung. Apa yang saya rasakan sungguh berbeda dengan yang di desa. Saya malah lebih menikmati suasana silaturahmi di kota.
Suasana lebaran di kota mengingatkan saya dengan lebaran tempo dulu di desa. Tetangga datang dan duduk serta mengobrol cukup lama tentang berbagai macam hal. Mulai dari yang ringan hingga yang berat. Meski tidak begitu banyak jenis jajanan tradisional :D.
Di kota saya merasakan kualitas silaturahmi jauh lebih baik daripada yang saya rasakan di desa. Obrolan ringan menambah keakraban dengan tetangga.

Mungkin zaman sudah mulai berubah, kini banyak yang sudah tidak memikirkan isi lagi, karena yang diperhatikan hanyalah tampilan / covernya. 

Shopee Lovember

Leave a Comment