panduaji

Kategori: Dolan

Ada yang Hilang dari Kereta Penataran Blitar Surabaya

Diperbarui:

Sebagai bagian dari komitmen kami terhadap transparansi, beberapa link di situs kami adalah link afiliasi. Artinya, tanpa biaya tambahan untuk Anda, kami mungkin mendapatkan komisi jika Anda memutuskan untuk melakukan pembelian melalui link tersebut. Komisi ini membantu kami membiayai keberlangsungan blog ini.

Penumpang kereta api penataran Surabaya - Blitar

Penumpang kereta api penataran Surabaya – Blitar

Dari kecil aku memang sudah beberapa kali naik kereta api, itu pun cuma ke Surabaya. Harga tiket cuma 5.500 masih potongan kecil yang unik warna kuning dengan kertas yang cukup tebal.

Salah satu hal yang  paling aku suka ketika waktu masuk terowongan di sekitaran bendungan karangkates. Kereta langsung gelap gulita tanpa ada penerangan apapun, karena emang dulu itu lampu dalam gerbong kereta api penataran tidak dinyalakan ketika siang. Ketika memasuki terowongan ibuk selalu menutup hidungku dengan sapu tangan untuk menghindari asap dari lokomotif berwarna biru dan orange yang masuk ke dalam lorong – lorong gerbong.


Selain itu, hal yang tidak pernah bisa dilupakan adalah para pedagangan asongan berteriak menawarkan dagangannya, bahkann terkadang dagangannya itu macem-macem bahkan sulit ditemukan di pinggiran jalan saking uniknya.

Selain itu juga ada  pengamen yang berpindah dari gerbong ke gerbong untuk bernyanyi menghibur penumpang, meski tak jarang mereka bukan malah menghibur tetapi malah mengganggu. Ada yang sendirian. Tidak jarang dalam satu gerbong ada dua penyanyi di dua ujung gerbong. Bahkan ada kelompok pengamen dengan peralatan musik lengkap nan menghibur.

  Interior Kereta Api Penataran Lokal AC
Interior Kereta Api Penataran Lokal AC

Kini PT. KAI Terus berbenah, memperbaiki segala macam fasilitas yang membuat perjalanan semakin nyaman. Tidak ada lagi pedagang asongan seperti dulu, apalagi para pengamen jalanan. Semua sirna beberapa tahun terakhir. Terkadang ketika melewati Stasiun Ngebruk aku rindu suara “Susu Sapi Suuweger“. Suaranya benar-benar khas.

Ternyata intronya udah cukup panjang yak 😀 . Nah, pada kesempatan ini aku cuma mau nulis dikit, syukur – syukur kalau bisa dibaca dan dipertimbangkan oleh para pemangku kebijakan di PT. KAI Persero, biar semakin nyaman perjalanan dengan kereta api.

Kereta Api Penataran Kini

Colokan di Kereta Api Penataran
Colokan di Kereta Api Penataran
Akhir-akhir ini aku sering naik kereta api lagi kalau main ke Surabaya. Aku udah terlalu lelah untuk terus naik sepeda motor dari Blitar ke Surabaya meski secara waktu jauh lebih cepat. Namun usia enggak bisa bohong #eh. Seringkali aku duduk sendiri, karena memang aku enggak bepergian dengan kereta api ketika weekend, karena sudah bisa dipastikan kursi penuh dan hanya dapat tiket berdiri yang gambling banget alias bejo bejan. Kalau pas untung bisa duduk, kalau enggak ya apes.
Karena kereta api penataran ini sangat ramai di hari sabtu dan minggu. Hampir bisa dipastikan kalau beli buat weeekend di hari selasa, kemungkinan dapat duduknya sangat sedikit. 
Baca : Cara pesan tiket kereta api penataran dhoho
Perjalanan dari Blitar menuju Surabaya itu kalau naik kereta api penataran itu membutuhkan waktu sekitar 4.5 jam. Sedangkan kalau naik motor, biasanya sekitar 3 jam udah bisa nyampek. Aku lebih suka memilih kereta Pentaran Blitar – Malang – Surabaya dibandingkan Rapih Dhoho dengan jalur Blitar – Jombang – Surabaya karena beberapa hal, diantaranya 
Bayangkan saja, selama empat setengah jam di perjalanan kalau kamu enggak bawa camilan atau minimal minuman bisa langsung dehidrasi lho. Apalagi udara AC yang akan terasa dingin ketika penumpang sedikit. Ada baiknya di setiap gerbongnya di kasih sensor panas sehingga AC bisa menyesuaikan sendiri temperatur sehingga penumpang enggak ada yang kedinginan karena bisa menyebabkan masuk angin seperti yang kadang aku rasakan. Karena selalu turun di stasiun terujung.

Penjual makanan dan minuman di kereta lokal penataran aku pernah menemukan ketika naik pada hari rabu berangkat sekitar pukul 08.30 dari St. Sidoarjo ke St. Blitar. Aku naik kereta pertama dan terakhir dengan rute yang sama tidak pernah menemukan penjual makanan dan minuman resmi dari PT. KAI (baca : restorasi).

Apalagi harga yang ditawarkan oleh restorasi kereta api ini jauh lebih mahal dibanding harga pasaran. Ini yang membuat orang enggan untuk membeli jadi kesannya enggak laku. Selain itu juga hanya menyediakan jajanan instan macam chiki, katanya cintai produk lokal #eh.

Padahal kalau jualannya semacam tahu isi, susu sapi dan jajanan yang dulu dijajakan oleh pedagangan asongan dengan harga yang masuk akal aku yakin bakalan laku. Terutama kalau ada tahu petis / tahu sumedang aku minimal pasti aku beli. Enggak usah ambil untung banyak, yang penting banyak penumpang yang beli.

Stasiun Kereta Api Kota Blitar
Stasiun Kereta Api Kota Blitar

Setidaknya dengan adanya penjual jalanan semacam asongan yang terorganisir dengan baik lebih humanis dari pramugari dan pramugara yang terkesan kaku. Entah karena memang SOPnya yang seperti itu atau bagaimana aku juga kurang tahu.

Karena sangat jarang ada interaksi menarik antara pramugari di kereta dengan penumpang sehingga bisa jadi cerita. Berbeda dengan para pedagang asongan yang tidak segan-segan melontarkan candaan-candaan yang bisa mencairkan suasana antara para penumpang maupun dengan pedagang, dan tidak jarang para pedagang itu ngudang anak-anak yang membuat sederet kursi dalam gerbong tertawa sehingga terbentuk suatu cerita yang menarik ketika turun dari kereta. 

Itu sedikit uneg-uneg dari catatan yang teringat, karena buku catatannya sekarang entah ada dimana 🙁
Shopee Lovember

Leave a Comment