panduaji

Kategori: Dolan

Naik ‘FakeTaksi’ dan Ketupat Kandangan yang Lezat

Diperbarui:

Sebagai bagian dari komitmen kami terhadap transparansi, beberapa link di situs kami adalah link afiliasi. Artinya, tanpa biaya tambahan untuk Anda, kami mungkin mendapatkan komisi jika Anda memutuskan untuk melakukan pembelian melalui link tersebut. Komisi ini membantu kami membiayai keberlangsungan blog ini.

Berbekal informasi dari ibuknya yang jualan Indomie di depan Museum Lambung Mangkurat, akhirnya kami bergegas untuk segera melanjutkan perjalanan ke Kandangan. Sekitar jam 3 sore lebih kami sudah berada di Taman Hits di Banjarbaru yang merupakan sarang para pokemon Banjar yaitu di Taman Van Der Peijl.

Perjalanan ke Kandangan dengan Faketaxi Syariah

Taman ini benar-benar strategis banget menurutku, meski belum sempat keliling di dalam tapi beneran strategis. Bagai aloon aloon yang dilewati angkota. Aku dan Kak Farida menghadang taksi di taman van der peijl. Tidak terlalu lama, akhirnya kami mendapatkan ‘taksi’ sekitar pukul empat

FakeTaksi Syariah :D
FakeTaksi Syariah 😀

Ternyata taksi yang dimaksud oleh orang banjar adalah mobil L300, bukan taksi argo layaknya uber. Jadi keinget naik ‘elf’ dari Bandung ke Ciwidey. Baca deh main ke kawah putih Ciwidey. Bukankah setiap daerah punya istilah yang berbeda-beda ? Seperti halnya bemo di Surabaya

Untung taksinya hanya berisi sekitar delapan orang sudah termasuk aku, namun pada bagian belakang berisi puluhan box kardus buah import dari Thailand. Isinya buah apel dan duku. Jadi aku duduk sendiri di belakang dengan kardus buah-buahan. Untungnya longgar pake banget jadi enggak penuh sesak seperti yang aku takutkan. Maklum di ‘elf’ Bandung – Ciwidey itu sadis penuhnya.

Perjalanan dari Banjarbaru ke Kandangan membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan naik taksi ini dengan kondisi hujan deras. Jarak Banjarbaru ke Kandangan sekitar 100km. Padahal sopirnya sudah gaspol tapi gegara di beberapa titik tersendat antrian kendaraan yang mengekor di belakang truk truk tambang yang sedang lewat.

Salah satu titik lambat ke Kandangan
Salah satu titik lambat ke Kandangan

Di beberapa titik juga tampak betapa megah bangunan para juragan batu bara yang megahnya mirip kantor walikota Surabaya bahkan sebelas dua belas sama kantor Gubernuran :D. Akhirnya kami sampai di Kandangan sekitar pukul 7 waktu setempat.

Oh iya, kemarin tarif untuk satu orang dari Banjarbaru ke Kandangan itu 50 ribu rupiah.

Tantangan Makan Ketupat Kandangan

Monumen Ketupat Kandangan
Monumen Ketupat Kandangan
Sesampainya di Kandangan kami turun  di Monumen ketupat yang kecil, ternyata di Kandangan ada dua monumen ketupat, yang satunya ketupat besar. Mungkin Kandangan ini adalah kota ketupat, karena salah satu kuliner khasnya adalah Ketupat Kandangan.
Tidak lama menunggu di Monumen Ketupat Kandangan, akhirnya datanglah Kak Elis yang menjemput kami. Karena masih magrib kami mampir di mesjid kemudian lanjut mencari kuliner ketupat Kandangan.
Setelah muter-muter, aku perhatikan Kandangan ini seperti Jombang kalau di Jawa Timur, cuma sebuah kota kecil yang dilalui jalur provinsi. Jalanan tidak terlalu ramai malah cenderung lengang. Hanya jalur utama antar kotanya yang lumayan ramai.
Tidak lama berkeliling, akhirnya kami berhenti di salah satu warung yang menjual ketupat kandangan. Namanya Ketupat Kandangan Haji Irus. Kemarin makan soto banjar pertama di daerah banjar, sekarang makan soto kandangan di daerah kandangan :D. Makan pertama kali langsung di tempatnya.
Ketupat Kandangan di Kandangan
Ketupat Kandangan di Kandangan
Nah, ketupat kandangan itu isinya ketupat dengan kuah santan yang mantap gurih banget. Katanya sih lauknya itu ikan haruan / ikan gabus. Bisa sih pilih ikan lain, tapi karena pengen nyobain yang khas, aku pesen yang pakai ikan haruan. Berikut penampakan ketupat kandangan yang aku pesan
Ketupat Kandangan dengan Ikan Haruan
Ketupat Kandangan dengan Ikan Haruan

Nah, sebelum makan ada tantangannya kalau makan ketupat kandangan, tidak boleh makan menggunakan sendok, harus muluk menggunakan tangan. Gimana coba makan makanan berkuah menggunakan tangan? Penasaran? Coba sendiri aja :D.

Cara makan pakai tangan itu ketupat dilebur dengan kuah bersantan kemudian nasinya agak nyemek kalau istilah jawanya. Dan itu lumayan bisa dimakan dengan tangan. Kuah ketupat ini bener-bener enak, gurih dan rempahnya kerasa banget. Sangat layak untuk dicoba kalau main ke Kandangan.
Untuk harga satu porsi ketupat kandangan ini aku kurang tahu, karena ini dibayarin sama kak Elis. Jadi ya silakan tanya sendiri. Aku belum bisa ngira-ngira harga untuk makanan di sini.

Perjalanan Malam ke Loksado

Setelah cukup kenyang dengan ketupat kandangan, kami bergegas ke rumah salah seorang kawan kak Farida dan Kak Elis untuk menitipkan mobil. Kami naik ke Loksado malam itu juga dengan angkot carteran, karena kalau sudah malam enggak ada angkot yang naik.
Untuk carteran naik biaya yang dibutuhkan adalah 200 ribu rupiah, begitupun untuk turun. Perjalanan dari Kandangan ke Loksado membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Perjalanan dari Kandangan ke Loksado mirip dengan jalan dari Trenggalek ke Pacitan melalui jalur lintas selatan. Bedanya, kalau ke Loksado jalannya enggak se-lebar Trenggalek Pacitan via JLS
Untuk yang terbiasa mabuk darat, siap-siap aja kantung plastik sih. Karena banyak jalanan naik turun dan menikung bikin perut mual. Setelah melakukan perjalanan malam yang cukup seru, akhirnya sampai juga di Loksado sekitar pukul 11 malam waktu setempat. Udara di Loksado juga lebih dingin jika dibandingkan kota-kota yang pernah aku singgahi di Borneo. Sebelas duabelas sama udara di Blitar sih. Sayangnya sinyal internet di sini tidak bisa diharapkan.
Di Loksado kami numpang menginap di rumah temen Kak Farida dan Kak Elis yang namanya Kak Ratna. Sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu. Rumah kayu memang benar-benar nyaman :D.
Penasaran kamu bisa ngapain aja di Loksado? Tunggu kelanjutan ceritanya di postingan selanjutnya 😀
Shopee Lovember

Leave a Comment