Kisah Romeo dan Juliet Wong Kito Galo di Pulau Kemaro Palembang

panduaji

2 comments

Link
Pulau Kemaro Palembang

Jembatan ampera merupakan icon dari Kota Palembang yang menghubungkan wilayah Ulu dan Ilir karena terbelah sungai Musi. Sungai paling panjang di pulau sumatera dengan panjang sekitar 750km dan luas kurang lebih 1 km. Posisi sungai yang cukup strategis berada di tengah kota dengan luas sungai yang pasti megap-megap kalau berenang untuk menyebranginya memang menjadi salah satu transportasi utama masyarakat palembang dan sekitarnya hingga saat ini.

Jangan kaget kalau melihat berbagai macam jenis kapal  lalu lalang di sungai ini, mulai dari kapal ketek (macam kapal kelotok) hingga kapal tongkang yang ukurannya super duper gede. Bahkan pelabuhan kapal yang biasanya di laut.

Kalau sungai barito punya pulau kembang yang dihuni oleh para monyet, sungai musi punya pulau kemaro yang punya cerita romeo dan juliet ala wong kito galo. Penasaran dengan ceritanya? Beberapa waktu lalu ketika Famtrip Musi & Beyond Travel Fair 2018, aku sempat diajak untuk menugunjungi pulau kemaro yang merupakan salah satu destinasi wisata populer di Palembang.

Pulau Kemaro di Sungai Musi Palembang

    Sekilas Legenda Pulau Kemaro

    Pulau kemaro merupakan sebuah pulau kecil yang terletak sungai musi, tepatnya berada sekitar 6km dari Jembatan Ampera. Konon katanya, pulau ini tidak pernah sekalipun tenggelam meski air sungai musi meluap dan membanjiri daerah Palembang yang hanya memiliki ketinggian 4mdpl! Meski jauh dari pantai dan bahkan nggak punya pantai, Palembang merupakan dataran rendah yang berada di ketinggian 4 meter di atas permukaan laut!
    Di pulau kemaro terdapat sebuah klenteng Hok Tjing Rio yang lebih dikenal dengan nama Klenteng Kuan Im. Dibangun sejak tahun 1962 dan masih berdiri kokoh hingga saat ini. Nah, di depan Klenteng ini terdapat makam Pangeran Tan Bun An dan Putri Siti Fatimah.
    Konon, seorang raja di Kerajaan Sriwijaya memiliki seorang putri cantik jelitar yang bernama Siti Fatimah. Layaknya seorang putri kerajaan, selain cantik ia juga memiliki perilaku yang baik. Tidak heran banyak pemuda negeri yang kagum dengan kecantikan sang putri. Namun tidak ada yang bernia untuk meminangnya, karena kedua orang tuannya menginginkan ia menikah dengan putra raja yang kaya raya.
    Pada Suatu hari, seorang putra raja dari Negeri Cina yang bernama Tan Bun An datang untuk berniaga di wilayah Kerajaan Sriwijaya. Ia pun tinggal beberapa lama untuk mengembangkan usahanya di wilayah tersebut. Ia pun datang kepada raja untuk memberitahukan maksud kedatangannya tersebut. Setelah mendapatkan persetujuan raja, akhirnya Tan Bun An menetap di wilayah Sriwijaya dan rutin datang ke Istana untuk menyerahkan sebagian keuntungan dagang.
    Hingga suatu ketika ia melihat Putri Siti Fatimah dan berniat untuk meminangnya dan meminta izin untuk mengajak putri berkunjung ke keluarganya di negeri cina. Setelah berkunjung, Tan Bun An diberi hadiah tujuh buah guci oleh keluarganya untuk diberikan kepada Raja Sriwijaya. Dalam perjalanan pulang ke Palembang ketika sudah sampai sungai musi, Tan Bun An membuka hadiah dari orang tuanya yang ternyata berisi asinan sawi. Karena kecewa dengan pemberian orang tuanya, akhirnya Tan Bun An membuang semua guci tersebut ke sungai. Namun saat guci terakhir hendak dibuang, guci tidak sengaja pecah dan berisi harta yang cukup banyak berbaur dengan asinan sawi tersebut.
    Tan Bun An yang menyesali perbuatannya pun segera melompat ke sungai musi untuk mendapatkan harta yang sudah dibuangnya yang kemudian disusul oleh seorang pengawalnya. Karena tak kunjung muncul, akhirnya sang putri Siti Fatimah juga ikut terjun ke sungai untuk menyusul dan tidak ada yang kembali. Setelah itu muncullah pulau kemaro yang berarti kemarau. Seperti yang sudah aku tulis di awal tadi kalau pulau ini tidak pernah tenggelam meski air sungai musi meluap.

    Cara Menuju ke Pulau Kemaro

     Bus Air ke Pulau Kemaro
    Bus Air ke Pulau Kemaro
    Seperti yang udah aku ceritakan di atas, bahwa pulau kemaro itu merupakan sebuah pulau yang ada di sungai Musi. Untuk itu, satu-satunya cara menuju ke pulau ini dengan menaiki perahu. Dari mbak guide yang senantiasa mendampingi kami, ada 3 pilihan kapal untuk menuju ke pulau kemaro yang ada di Palembang ini.
    Selama perjalanan menuju pulau kemaro membuatku tahu bagaimana masyarakat Palembang di sekitar sungai ini hidup, bagaimana sungai menjadi salah satu transportasi pilihan mereka, bahkan bisa melihat bagaimana pelabuhan itu berada di sungai, enggak di laut. Aku juga melewati pabrik pupuk sriwijaya yang

    Naik Ketek

    Ketek yang dimaksud ini bukan kelek ya! Tetapi perahu kelotok yang memang disebut ketek oleh orang-orang palembang. Perahu kecil dengan mesin yang ada di sekitaran sungai musi. Tarif untuk naik ketek ini biasanya sekitar 300ribu untuk sekali berangkat dan pulang. Dengan kapasitas sekitar 15an orang.
    Agak berbahaya gimana gitu naik ketek ini, karena ukuran perahunya kecil dan apabila terkena gelombang dari perahu-perahu besar akan terasa sekali guncangan ombaknya. Perlu adanya life jacket untuk menunjang keselamatan dalam berkendara di air menggunakan ketek ini. Sayangnya belum semua ketek memiliki peralatan safety macam itu.
    Bisa dibilang perahu ketek ini merupakan moda transportasi paling cepat, hanya butuh waktu kurang lebih 30 menit dari dermaga Jembatan Ampera menuju ke Pulau Kemaro.

    Naik Bus Air PT SP2J

    Mirip dengan ketek namun dengan ukuran yang lebih besar.  Bus Air ini dikelola oleh PT. SP2J yang bisa dibooking dengan harga 800ribuan untuk sekali trip ke Pulau Kemaro. 
    Untuk keamanan naik bus air ini lebih baik dibandingkan naik ketek. Ukuran yang lebih besar membuat bus air ini lebih tahan dari goyangan. Tidak terlalu goyang apabila ada gelombang dari kapal lain yang juga melintas. Konsekuensinya, bus air ini tidak bisa lebih cepat dari ketek, karena butuh waktu kurang lebih 40 menit perjalanan dari dermaga jembatan ampera menuju ke Pulau Kemaro.
    Kemarin aku dan rombongan Famtrip naik 2 bus air untuk menuju ke pulau kemaro. Kapasitasnya bisa sampai puluhan orang. Kalau nggak salah bisa sekitar 20an orang sih. 

    Naik Kapal Pesiar

    Merupakan kapal paling mewah yang bisa mengantarkanmu dari dermaga ke pulau kemaro. Kapalnya udah mirip sama yang ada di film-film holluywood. Kemarin sempat naik cuma buat nyebrang ke bus air yang parkir agak ke tengah (kecewa deh).
    Kapal pesiar / cruise ini dapat menampung hingga 112 orang untuk sekali jalan dengan biaya mencapai 8 juat. Entah fasilitas apa yang ditawarkan oleh kapal pesiar ini karena aku belum naik. Kapal ini lebih besar dibandingkan bus air dan membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan dari dermaga menuju ke pulau kemaro.

    Jalur Darat Khusus Cap Gomeh

    Selain tiga pilihan moda transportasi di atas, sebenarnya masih ada satu lagi yaitu melalui jalur darat. Untuk jalur darat ini hanya ada beberapa hari dalam setahun, tepatnya ketika acara cap go meh yang dilaksanakan ketika tahun baru cina. 
    Jembatan ini dibuat dari ponton – ponton yang bisa dilalui oleh masyarakat yang ingin merayakan cap go meh di pulau kemaro palembang ini.

    Klenteng Hok Tjing Rio di Pulau Kemaro

     Klenteng di Pulau Kemaro
    Klenteng di Pulau Kemaro
    Klenteng Hok Tjing Rio dikenal dengan nama Klenteng Kuan Im ini dibangun pada tahun 1962. Di depan klenteng ini lah terdapat makam romeo juliet ala Palembang yaitu Tan Bun An dan Siti Fatimah. Selain kedua makam tersebut ada sebuah makam yang diyakini merupakan makam dari pengawal Tan Bun An.

    Pagoda Lantai 9 di Pulau Kemaro

     Pagoda Pulau Kemaro
    Pagoda Pulau Kemaro
    Pagoda dengan 9 lantai merupakan icon pulau kemaro, konon katanya tidak setiap hari pagoda ini terbuka untuk umum. Beruntung ketika rombongan kami datang, pagoda ini sedang dibuka. Awalnya cukup sampai lantai 3 saja untuk mengambil stok foto, namun gegara ditipu sama mbak Hanum akhirnya aku pun naik sampai lantai sembilan.
    Pemandangan dari Pagoda lantai 9 Pulau Kemaro
    Pemandangan dari Pagoda lantai 9 Pulau Kemaro
    Dalam pagoda berlantai sembilan ini kemarin kosong, nggak ada apa-apanya. Kondisi pagoda juga masih cukup baik dengan tangga melingkar di dalamnya. Semakin tinggi semakin mengerucut, jadi nggak terlalu lelah naiknya. Pagoda ini baru dibangun pada tahun 2006 lalu. Jadi masih cukup baru.

    Pohon Cinta di Pulau Kemaro

    Satu lagi yang menjadi daya tarik di pulau kemaro yaitu pohon cinta yang melambangkan cinta antara Tan Bun An dan Siti Fatimah dari dua bangsa dan dua budaya. Tidak heran kalau pulau ini juga disebut dengan pulau jodoh. Sayangnya kemarin ketika datang ke sana, pohon cinta ini sedang dikelilingi oleh asbes sehingga tak bisa dilihat.

    mbtTOC();

    Tags:

    Share:

    Related Post

    2 responses to “Kisah Romeo dan Juliet Wong Kito Galo di Pulau Kemaro Palembang”

    1. Si Ogie Avatar
      Si Ogie

      Kamu salah pohon berarti mas, wong pohon cinta itu dipagerin kok, bukan di asbes. hahahha. Pohon depan Jakabaring kali tuh 😀

      1. Pandu Aji Wirawan Avatar
        Pandu Aji Wirawan

        Loh, bukannya pohon cinta itu yang ada di belakang pagoda. dipagerin asbes keliling.

    Leave a Comment