Gerakan Pemuda Kembali Pulang

panduaji

0 Comment

Link
Tidak terasa sudah 6 tahun lebih saya tinggal di Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia. Meski sempat jeda setahun dan merantau ke Jogjakarta hanya untuk main bareng teman-teman di Studio komunitas, Surabaya sudah seperti kampung halaman keduaku. Meski saya juga pernah tinggal di Pacitan selama tiga tahun untuk mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama.

Setelah meninggalkan bangku kuliah, saya memiliki dua opsi yang sempat membuat galau. Antara ke Jogja untuk kembali bermain bersama komunitas atau kembali pulang ke kampung halaman saya di Blitar untuk mencoba sesuatu yang baru. Setelah cukup lama menimbang dan memantapkan hati, ternyata pilihan saya jatuh untuk kembali pulang ke kampung halaman.

Gerakan Pemuda Kembali Pulang 1
Istana Gebang

Gerakan pemuda kembali pulang bukanlah sebuah gerakan resmi, itu hanyalah judul postingan ini supaya kelihatan sedikit keren. Saya bikin sendiri tanpa ada maksud apapun. Sekarang saya sudah berdomisili di Blitar. Entah mau ngapain, yang terpenting saya hanya ingin jalan – jalan sambil explore Blitar yang belum terlalu terkenal selain makam Bung Karno dan Candi Penatarannya.

Beda dengan Kos

Memutuskan untuk tinggal secara mandiri memang terkesan seperti anak kos, tapi yang saya rasakan benar-benar berbeda. Meskipun di Surabaya, saya juga pernah ngekos selama hampir dua tahun. Jangan ke GR an dulu yang sudah punya pengalaman ngekos tiba-tiba harus tinggal di sebuah rumah. Mau tahu bedanya?

Tetangga

Tetangga di kosan mahasiswa biasanya seumuran, berbeda dengan tinggal di masyarakat. Antara tetangga satu dan lain berbeda bahkan anak tetangga sudah seumuran dengan kita. Masih mau teriak-teriak sambil misuh-misuh karena kebobolan saat main PES bajakan di tengah malam? Silakan dicoba saja untuk mengetahui reaksi warga sekitarmu yang sudah berkeluarga bahkan sudah bercucu.
Ada banyak sekali model tetangga yang ada di dunia ini, ada yang benar-benar baik, ada yang baik namun menusuk. Seperti halnya teman, namun terkadang lebih kebacut, entah itu kebacut baiknya atau jahatnya. Mungkin nanti akan saya posting tipe-tipe tetangga yang akan ada di sekitar kita. Tunggu proses adapatasi saya untuk artikel tersebut 😀

Kelihatan Tidak Normal

Sebagai seorang mahasiswa tampak normal tengah malam kelayapan ke manapun bangun tidur siang bahkan kalau tidak ada kuliah bisa tidur seharian di kos. Berbeda dengan apabila kamu sudah bertempat tinggal sendiri, siapa yang matiin lampu depan rumah, siapa yang matiin lampu di kamar-kamar yang semalam masih nyala, siapa yang membersihkan halaman rumahmu, siapa yang membersihakn dalam rumahmu? Pernahkah terlintas hal tersebut? Apa iya kamu hanya akan berkecimpung di duniamu sendiri sedangkan kamu sudah tinggal bersama sebuah komunitas warga yang heterogen.
Kalau masalah ini saya tidak terlalu ambil pusing, apalagi dengan pekerjaan yang bisa dibilang kelihatan nganggur ini saya tidak ambil pusing kalau berkali-kali keluar rumah hanya untuk berbelanja alat-alat dapur, lemari, dll. Jangan-jangan banyak tetangga yang ngira saya pelihara tuyul :D. Who knows?

Blitar Sekarang

Blitar merupakan sebuah kota kecil dimana saya lahir dan dibesarkan, memang tidak begitu banyak memori tentang kota kecil ini, pengetahuanku tentang Blitar juga tidak seberapa, namun ketika melihat di jalan protokol yang hanya beberapa kilometer saja saya melihat Blitar sudah jadi kota yang nanggung.
Tingkat konsumerisme terutama kawula muda di Blitar cukup besar, untuk ukuran kota kecil jumlah cafe dan tempat tongkrongan cukup banyak dan tidak sedikit dari cafe-cafe tersebut ramai tiap harinya. Mungkin ini dampak dari banyaknya para pelajar Blitar yang kuliah di Malang. Entahlah, saya masih baru berkenalan (lagi) dengan kuto cilik ini.
Kalau ada blogger Blitar baca ini, kontak dong :D.

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment