Kenalan dengan Medan Lewat Kuliner Warung Kinantan Jogja

panduaji

0 Comment

Link
Warung Kinantan Jogja

Mengendarai motor berdua bersama adek di hari Minggu menyusuri selokan mataram yang sedang ramai. Jebul ada pelepasan lele yang bebas dipancingi oleh siapa saja yang ramenya saingan sama Sunmor di dekat UGM. Pagi itu tujuan kami tidak lain adalah untuk mencari sarapan yang jebule cukup jauh dari kontrakan, yaitu Soto Teri di Warung Kinantan Jogja!

30 menit perjalanan menempuh jarak sekitar 10km bisa dibillang cukup lama jika dibandingkan jarak serupa di Blitar yang cuma butuh waktu sekitar 15 menitan. Ditengah kemacetan dan panasnya Jogja yang masih pagi, akhirnya kami sampai di Warung Kinantan!

Kuliner Medan Autentik di Warung Kinantan Jogja

Pengunjung warung kinantan pagi itu tak begitu ramai jika dibandingkan dengan besarnya bangunan yang mayoritas terbuat dari kayu dan anyaman bambu. Beberapa motor juga ngawur dalam memarkirkan kendaraannya, berbeda dengan warung soto ayam lamongan sebelah karena ada tukang parkirnya. 
Kesan pertama ketika masuk rumah makan ini sunyi dan senyap, berasa seperti warung yang asal buka. Tidak ada kehidupan di dalam warung ini, bahkan cenderung sunyi, meski ada beberapa orang yang sedang menunggu pesanannya datang. Lantai dua juga tampak kosong melompong, semua orang berbicara dengan nada rendah sehingga tak bisa terdengar.
Kami langsung menuju meja kasir untuk memilih menu yang tersedia di warung ini. Jebul ada banyak pilihan menu yang tersedia di warung ini, karena bingung akhirnya aku tetap dengan menu Soto Teri yang sudah diniatkan ketika berangkat tadi. Harga yang tertera adalah Rp. 16.500, menurutku sih cukup mahal. Karena kata adikku nggak ada ayam atau dagingnya cuma ikan teri :D.
Tidak berapa lama setelah kami duduk sambil bercengkrama, banyak orang yang berdatangan. Dari beberapa logat yang terdengar, ternyata kebanyakan orang yang datang memiliki aksen bicara orang batak. Jadi tidak heran apabila warung Kinantan Jogja ini disebut warung masakan medan yang autentik. Jebul rame tenan warung ini, kesan sunyi yang tadinya terbentuk mulai hidup dengan kehadiran emak-emak yang ngrasanin kawinan saudaranya. 
Penyajian makanan di warung kinantan ini bisa dibilang cukup lama, mungkin juga karena masih pagi, belum semua masakan ready sehingga agak lama dalam penyajiannya.
 Seporsi soto teri di warung Kinantan Jogja
Seporsi soto teri di warung Kinantan Jogja

Seporsi soto teri disajikan dalam piring dan mangkuk. Piring berisi  nasi dan sambel goreng teri (tempe, kacang dan teri) dan sepotong jeruk nipis. Sedangkan dalam mangkuknya berisi kuah soto yang cukup kental, irisan tomat, bihun goreng dan potongan daun bawang.

Rasa soto yang disajikan bisa dibilang cukup unik, bener-bener beda dengan soto yang selama ini aku rasakan. Aku susah buat ngungkapin perpaduan rasanya. Worthed kok buat dicoba.
Setelah santapan kami habis, lopis yang kami pesan tak kunjung disajikan juga. Akhirnya kami berniat untuk membatalkan pesanan lopis, karena hari sudah mulai panas dan pengen cepet balik ke kontrakan. Jebul lopinsya sudah dipotongin dan bentar lagi disajikan. Akhirnya kami pun menunggu dengan sedikit dongkol karena pelayanan yang cukup lama. Berikut penampakan kue lopis yang biasanya disajikan dalam potongan kecil dalam jajanan pasar yang bernama cenil.
Lopis di Warung Kinantan
Seporsi lopis di Warung Kinantan

Lopis yang dibandrol dengan harga 10 ribu disajikan dalam dua potong berbentuk segitiga. Parutan kelapa yang menjadi  toping disiram dengan larutan gula jawa yang kental benar-benar memikat untuk segera dimakan. Untuk sajian lopisnya ini bener-bener juara, rasa manisnya pas, kentalnya pas perpaduannya benar-benar nikmat. Jujur, belum pernah makan lupis seenak ini, karena biasanya di jajanan cenil itu kalah dominan dengan jajanan lainnya.
Rasa lopis berhasil membuat mood yang tadinya ancur untuk jadi lebih bahagia. Alhasil kami pulang dengan perut kenyang dan kesan mendalam ketika mencicipi kuliner khas Medan. Mengingat ramainya orang mancing  di selokan mataram, akhirnya kami melipir melewati condong catur untuk menghindari ramainya kawasan selokan mataram.

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment