Kriteria Rumah yang Diincar Para Milenial

panduaji

0 Comment

Link
Rumah Incaran Milenial
ilustrasi dari Pixabay

Di zaman sekarang, semua orang membicarakan tentang generasi milenial. Semua hal pun dibicarakan, mulai dari karakteristik dan tingkah lakunya hingga produk-produk kebutuhan hidup yang diidentikkan dengan kebutuhan dari milenial.

Setiap orang tentu menginginkan memiliki hunian setidaknya 1 seumur hidupnya. Fungsinya jelas, sebagai tempat melepas penat dari kehidupan pekerjaan rutin serta tempat membangun keluarga kecilnya.

Salah jika berpikir, mereka yang membeli rumah harus terkategori orang-orang yang sudah berkeluarga, orang yang sudah sukses, atau orang tua. Para generasi milenial pun yang masih dalam usia muda saat ini pun diketahui telah banyak yang mulai membeli properti.

Kriteria rumah generasi milenial pun tentu berbeda dibanding generasi-generasi yang lainnya. Lalu bagaimana kriteria rumah yang paling banyak dicari oleh milenial, berikut adalah sejumlah poin-poin yang menjadi acuan mereka.

Maksimal 500 juta

Harga rumah dikatakan menjadi faktor penting yang menjadi cikal bakal pencarian proyek-proyek properti yang banyak tersedia sekarang bagi para milenial. Pada dasarnya, tidak semua milenial yang saat ini bekerja memiliki pendapatan yang berlebih. Faktor pendapatan ini yang membuat para milenial sangat pemilih dalam menentukan budget harga yang akan mereka bayarkan.

Rata-rata, para milenial memiliki kemampuan membeli rumah dengan harga maksimal 500 juta. Semakin murah harga yang ditawarkan mungkin akan menjadi prioritas utama mereka. Para milenial yang mencari rumah juga diketahui tidak akan segan menggunakan platform pembayaran cicilan kredit (KPR) untuk memastikan visinya memiliki rumah tidak mengganggu pengeluaran sehari-harinya.

Minimalis

Memang jika berdasarkan harga jual rumah maksimal yang menjadi patokannya, para milenial akan lebih mengutamakan prinsip ‘yang penting punya rumah’ bagaimanapun ukuran proyek properti yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan tren zaman sekarang, para milenial diketahui lebih melirik rumah yang berukuran kecil dengan tipe minimalis berukuran 24 m2 hingga 36 m2.

Area Penyanggah dengan Aksesibilitas Prima

Tidak hanya segan untuk memiliki hunian berukuran kecil, para milenial juga diketahui banyak yang memilih proyek-proyek hunian yang berlokasi di luar lokasi aktivitas pekerjaannya yang berada di perkotaan. Misalnya di kawasan-kawasan sub-urban atau area penyanggah kota.

Rata-rata hunian yang dijual di luar area perkotaan, juga menunjang kehidupan bermukim yang jauh dengan kesibukan yang terjadi di area tempat bekerjanya. Hal ini juga berkaitan dengan nuansa ketenangan dan kenyamanan yang diharapkan olehnya saat bermukim.

Pertimbangan ini mirip seperti yang terjadi oleh para milenial yang beraktivitas di Ibukota. Tidak hanya dilihat dari faktor umah dijual di Jakarta yang sulit ditemukan dekat tempat bekerjanya, harga rumah dijual di jakarta yang semakin tidak wajar pun menjadi alasan mereka tidak melirik pilihan rumah dijual di Jakarta tersebut.

Dibanding memilih rumah dijual di Jakarta, para milenial ibukota kini lebih mempertimbangkan hunian yang berada di luar Ibukota. Namun dengan catatan hunian tersebut harus didukung aksesibilitas prima, khususnya yang berkenaan dengan mobilisasi mereka sehari-hari ke tempat bekerjanya. Para milenial rata-rata memilih lokasi hunian yang sangat berdekatan dengan sarana transportasi massal atau aksesibilitas jalan bebas hambatan menuju perkotaan.

Ketersediaan Internet

Internet dapat dikatakan merupakan kebutuhan primer yang merupakan keseharusan bagi setiap milenial. Faktor ini yang menyebabkan beberapa perumahan dimanapun ia berada baik seperti rumah dijual di Jakarta perkotaan atau berlokasi di kawasan penyanggah kini menyediakan fasilitas internet. Milenial akan lebih memprioritaskan perumahan dengan fasilitas tersebut dibanding perumahan yang tidak menyediakannya. Generasi milenial yang diketahui sangat terampil menggunakan internet diketahui tidak hanya menggunakan internet untuk wadah pencarian informasi, namun juga untuk mengelola bisnis-bisnis online sebagai mata pencahariannya.

Jika ditinjau dari data Asosiasi Pengguna Internet Indonesia (APJII), kaum anak muda atau milenial diketahui merupakan mayoritas pengguna internet di Indonesia.

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment