Menikmati Pagi di Perjalanan Pulang #LintasSelatan05

0 Comment

Link
Negeridiatasawan
Pagi hari memang enak melihat pemandangan depan rumah nenek yang cukup hijau ditemani secangkir kopi. Namun pagi itu aku memilih untuk bergegas kembali ke Blitar. Setelah semalam hujan deras disertai angin yang benar-benar kencang di Lorok Pacitan.

Aku bersyukur karena ada pemadaman listrik meski enggak adil menurutku. Karena dalam satu dusun namun beda RT jaringan listriknya pun berbeda. Dimana ada yang ikut PLTU yang aku kunjungi (Baca: Perjalanan Blitar – Pacitan Sendirian). Dengan adanya pemadaman listrik ini tidurku jadi benar-benar nyenyak hingga jam menunjukkan pukul 05.15.

Anak Sekolah Tak Banyak Berubah

Aku memutuskan untuk segera kembali pulang, karena banyak hal yang harus segera kulakukan. Pagi itu sekitar pukul 06.30 aku berangkat ke Blitar. Tampak iring-iringan anak sekolahan di sepanjang jalan. Aneh memang daerah ini, mereka yang rumahnya dekat dari sekolahan pun memilih untuk naik sepeda pancal dibanding jalan kaki.

Aku jadi ingat, jarak dari rumah ke sekolah hanya sekitar 300 meter dan aku sama sekali enggak pernah jalan kaki ke sekolah. Selama SMP aku selalu menumpang teman atau bawa sepeda pancal sendiri ketika ke sekolah. Entah kenapa berjalan kaki terasa sungguh memalukan. Meski sebenarnya aku lebih sering numpang teman daripada bawa sepeda sendiri.

Pernah suatu ketika aku enggak dapat barengan dan hendak pulang, lha kok dijalan ketemu guru SMP yang kebetulan menjadi Pak RT di tempatku. Alhasil dapat tumpangan dari guru dan bisa langsung masuk sekolah tanpa kena hukuman meski sudah telat :D! How lucky me!

Aku cukup menikmati suasana pagi dimana anak sekolah berangkat naik sepeda beriringan pagi itu. Menggugah memori masa lalu dimana aku masih enggak percaya bahwa aku pernah menikmati kehidupan di desa tanpa adanya teknologi, terutama untuk seorang pelajar SMP. Karena jamanku dulu Handphone baru masuk ketika aku kelas 3 SMP. Itupun hanya ada 2 nomor dan masih dimiliki kalangan tertentu. Aku kebetulan enggak termasuk kalangan tersebut. Karena anak-anak SMP jarang sekali yang punya, sehingga yang punya pun lebih sering nganggurnya 😀

Hijaunya Sawah di Panggul Trenggalek

Salah satu hal yang membuatku memutuskan berangkat pagi adalah suasana persawahan yang ada di daerah Panggul Trenggalek! Pernah kebayang gak sih, ketika pagi hari sawah masih tampak hijau karena efek dari padi yang terkena embun pagi yang bersahaja didukung dengan udara sejuk nan segar. Bikin sejuk di hati yang kering kerontang 😀 #eh
Terasiringi di Panggul enggak kalah bagus dengan yang ada di Bali, sayangnya aja aku enggak terlalu bisa ngambil gambarnya, jadi kelihatannya enggak begitu bagus. Tapi ini fakta yang harus aku bagikan biar orang enggak kecewa.
sawah terasiring di panggul
sawah terasiring di panggul

Puncak! Negeri Di Atas Awan!

Sudah tidak tampak lagi anak sekolahan yang berangkat, karena memang jam sudah menunjukkan pukul 08 lebih. Aku pun enggak mampir di rumah saudara karena rumahnya sudah tertutup rapat. Semua sudah beraktivitas seperti biasa..
Tidak perlu waktu lama untuk tiba di daerah yang dinamakan puncak. Sebuah daerah tertinggi di pegungungan trenggalek ini. Terdapat sebuah stasiun pemancar TVRI yang entah masih dipakai atau tidak. Dari situ aku masih melihat kabut tipis menyelimuti perbukitan di bawahnya, sehingga tampak seperti pemandangan diatas awan.
Aku sempat berhenti dan mencoba mengambil gambar yang bener-bener keren mernurutku yang kunamai negeri diatas awan! Kamera enggak berhasil menangkap apa yang aku lihat secara LIVE ini, jadi ya cuma aku pamerin aja di blog 😀
Negeri diatas awan
Negeri diatas awan

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment