Jogja, merupakan salah satu tempat yang cukup istimewa buatku. Ini enggak ada hubungannya dengan daerah istimewa yang melekat dalam nama provinsinya, tetapi karena ada orang-orang yang membuatku merasakan rumah ketika berada di Jogja. Setidakya setahun sekali aku selalu singgah di kota yang pernah menempaku sehingga jadi seperti sekarang ini.
Kedatanganku ke Jogja kali ini bersama kereta api ekonomi Kahuripan yang dibandrol dengan harga delapan puluh ribu rupiah untuk menempuh perjalanan 300km dalam waktu kurang lebih enam jam lebih tiga puluh menit. Memang meleset dari jadwal awal lantaran pembangunan jalur double track di daerah Kertosono – Nganjuk.
Stasiun Lempuyangan sudah banyak berubah dibandingkan delapan tahun lalu, aku pun bergegas jalan ke timur untuk menikmati suasana dibawah fly over sembari menunggu kedatangan adik yang berangkat dari daerah Sewon. Aku teringat salah satu teman ketika mengikuti Kelas Inspirasi Blitar 3 yang kini berada di Jogja yang calon suaminya menjadi salah satu juru masak di Warung Mojok Jogja. Dia menjanjikan voucher diskon sebesar 17% kalau aku mau mampir.
Berhubung kali ini aku pulang ke daerah Kaliurang yang ndilalah juga deket sama warung mojok jogja ini tidak ada salahnya untuk mencoba mampir dan mencicipi sajiannya.
Makan di Warung Mojok Jogja
Warung Mojok Jogja
Sepengetahuanku, warung mojok jogja ini belum lama berdiri, sebuah evolusi dari angkringan mojok yang sempat tutup beberapa waktu lalu. Warung ini juga punya kaitan erat dengan Mojokdotco, salah satu media anti mainstream yang sesekali aku singgahi. Ingin rasanya sesekali pula mengirimkan artikel sarkas, siapa tahu bisa masuk buat dapet komisi :))
Jam meunjukkan pukul 9 malam, ketika aku berangkat dari kaliurang menuju ke Warung Mojok Jogja yang terletak di Jl. Kapten Hariyadi. Jaraknya sih cuma 2km dari ‘rumah’ kontrakan baruku di Jogja. Jika malam, perlu perhatian ekstra untuk menuju ke warung ini karena lokasinya yang berada si selatan jalan kurang noticeable apabila berangkat dari sisi timur. Aku hampir kebablasan.
Begitu aku berhenti di parkiran motor yang tersedia, tetiba Zulfa teman kelas inspirasi Blitar sudah nongol dan pamitan buat sholat isya’ dulu. Aku berhenti dan terdiam melihat sekeliling warung mojok yang lebih enak disebut dengan warmo ini. Sebuah cafe semi outdoor dengan beberapa meja lesehan dan penerangan secukupnya. Sebuah panggung kecil dengan backdrop berlatar merah dan bertuliskan K4WAN MOJOK.
Ketika sedang asyik memilih menu makan malam yang aku santap, Zulfa sudah muncul. Jujur aku bingung makan di warung macam gini, soalnya banyak menu yang nggak aku pahami. Setelah mendapatkan rekomendasi menu, akhirnya aku memesan nasi gongso empal, tahu cocol dan segelas teh warmo hangat.
voucher diskon warmo bentuknya semacam flyer gitu
Sembari menunggu pesanan, kami ngobrol ngalor ngidul karena memang sudah cukup lama nggak ketemu. Tentang berbagai macam kegiatan yang sekarang dilakoni. Setelah cukup lama ngobrol, akhirnya pesananku pun tiba.
Semangkuk gongso empal. Nasi disajikan dalam piring terpisah
Seporsi nasi gongso empal, salah satu makanan khas dari Semarang yang belum pernah aku coba sama sekali. Aku agak bingung mendeskripsikan gongso empal yang disajikan. Mirip dengan tumis daging sapi dengan kubis. Rasa tumis dan kuahnya yang didominasi kecap cukup khas. Aku belum bisa mendeskripsikan dengan baik tentang campuran apa aja yang ada di dalamnya. Aku memesan pedas, namun rasanya menurutku kurang pedas. Tapi mungkin untuk orang kebanyakan udah kepedesan, karena memang lidahku cukup tebal untuk bisa merasakan pedesnya cabe.
Tahu cocol di Warung Mojok Jogja
Tahu cocol yang teraji dalam potongan dadu dan digoreng setengah basah ini dipadukan sambel kecap cukup nikmat. Tidak ada yang spesial dengan tahu gorengnya, cukup enak. Sambel kecapnya juga pas menurutku. Meskipun tersedia juga cocolan saus sambel, aku sama sekali enggak tertarik untuk memadukannya dengan tahu gorengnya.
Segelas teh khas Warung Mojok Jogja
Segelas teh warmo ini cukup khas, Benar kata Mbak Kiki yang sempat merekomendasikan beberapa waktu lalu. Teh dengan campuran rempahnya benar-benar khas. Mirip wedang uwuh namun tak begitu menghangatkan. Aku mencoba untuk merasakan rasa khas jahe yang bisa menghangatkan malam yang dingin, namun hasilnya nihil. Tampaknya tidak ada jahe yang dicampurkan di dalamnya.
Suasana malam di jalan ini bisa dibilang cukup sepi, tidak terlalu ramai sehingga cocok buat ngobrol sambil menikmati malam bersama kawan-kawan. Bisa quality time lah, tanpa harus terganggu dengan bisingnya kendaraan yang lalu lalang.
Buat yang lagi cari tempat nongkrong di daerah Kaliurang Jojga, enggak ada salahnya buat nyobain warung mojok ini. Siapa tahu cocok ;). Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, ketika aku undur diri. Badan sudah cukup lelah setelah perjalanan yang panjang.
Buat yang mau datang ke Warung Mojok ini bisa datang setiap hari antara jam 4 sore sampai dengan jam 1 dini hari.
Leave a Comment