Aku check out penginapan di Banjarbaru sekitar jam tujuh pagi waktu setempat, dan bergegas ke Pasar Apung Lok Baintan karena kata ibuknya yang njagain guest house jangan terlalu siang. Jam sembilan pagi biasanya sudah bubar.
Pasar Apung Lok Baintan
Selain itu di beberapa titik jalur tersebut ada orang yang meminta-minta untuk pembangunan mesjid. Itu tidak hanya satu, tapi banyak banget lho. Kalau aku pribadi sih kurang setuju membangun mesjid dengan cara seperti itu.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit dengan jalan aspal yang cukup bagus, hanya beberapat titik saja yang rusak. Akhirnya kami sampai di jembatan sungai tabuk. Nah sebelum itu sudah ada plang petunjuk arah kalau ke Pasar Apung belok kiri, tetapi fakta di lapangan tidak ada jalur ke kiri. Yang kamu lakukan adalah ambil ke kanan, jalan ke bawah jembatan, nah dari situ baru belok kiri di bawah jembatan.
Setelah jembatan kamu akan melewati jalan dengan sagu di sekitar jalan dan pemukiman penduduk di pinggir sungai. Entah kenapa aku suka dengan pemandangannya, mungkin karena hampir semua rumah penduduk berupa rumah panggung dan terbuat dari kayu sehingga memiliki daya tarik tersendiri.
Setelah menyusuri jalanan perkampungan penduduk sekitar 4 km. Kami menemukan Jembatan Lok Baintan. Ternyata kami kebablasan beberapa ratus meter. Tapi nggak papa, lumayan bisa ambil sedikit foto diatas jembatan Lok Baintan.
Jembatan Lok Baintan |
Dari jembatan ini kita bisa lihat aktivitas orang yang naik perahu di sungai. Dari situ juga kelihatan pasar apung Lok Baintan yang tidak terlalu ramai ketika kami datang. Entah itu pasarnya sudah bubar atau bagaimana kami kurang tahu.
Pada hari sabtu itu para pedagang ternyata berkumpul di belakang rumah kepala desa (kalau gak salah). Di belakang rumah kepala desa itu ada sebuah warung apung di pinggir sungai. Hari itu kebetulan ada acara bagi-bagi hadiah yang berupa alat rumah tangga oleh Disporbudpar. Acara ini rutin dilakukan setiap hari sabtu atau minggu.
Waktu itu, kebetulan pas hari sabtu, jadi agak banyak pedagang yang ngumpul. Kata ibuknya, di hari biasa jarang ngumpul banyak, kebanyakan dari mereka berkeliling di sungai menunggu panggilan dari orang yang memiliki rumah di pinggir sungai. Yang dijual di pasar apung ini juga beragam, mulai dari buah-buahan, sayuran, hingga elpiji 3kg!
Pasar Apung Lok Baintan |
Kalau yang deket Banjarmasin kota itu ada juga pasar terapung wisata yang katanya juga diadakan oleh porbudpar. Tapi aku kurang tahu karena enggak kesana sama sekali.
Porbudpar bagi-bagi bingkisan untuk penjual di pasar |
Setelah membeli beberapa barang, kami berdua melanjutkan perjalanan ke Banjarmasin. Aku penasaran sama yang namanya Soto Banjar. Kak Farida mengajakku untuk ke Soto Bang Amat. Katanya sih ini soto Banjar paling enak
Soto Banjar Bang Amat itu Enak
Dari pasar Lok Baintan, kami melanjutkan perjalanan terus tanpa putar balik, karena ternyata jalan tersebut bisa tembus ke Banjarmasin. Menurut peta sih, jaraknya 10 km. Ikuti peta di bawah ini kalau pengen lewat jalan yang sama dengan ruteku kemarin.
Sampai umur dua puluh empat tahun aku belum pernah makan soto banjar sama sekali, Jadi mumpung lagi di daerah Banjarmasin, aku harus cobain. Sekalinya makan soto banjar langsung di Banjarmasin.
Soto Bang Amat, itulah tulisan di depan warungnya. Karena sekarang aku lagi di Banjar, otomatis Bang Amat tidak membutuhkan penekanan jualannya berupa soto Banjar, karena belum kehilangan identitas. Seperti halnya di Madura, aku juga belum pernah lihat orang jualan sate ditulisin sate ayam madura.
Pertama masuk warungnya, ada alunan musik tradisional yang dimainkan oleh tiga kalau enggak empat orang di bagian tengah. Apes, karena saat kami sampai tidak bisa mendapatkan tempat di pinggir sungai yang gede itu.
Suasana Warung Soto Ayam Bang Amat di Banjarmasin |
Ternyata satu porsi itu cukup banyak, sehingga ada opsi setengah porsi. Karena masih belum terlalu lapar gegara sarapan di guest house tadi pagi aku pun memesan setengah porsi saja. Kalau biasanya pesannya Es Teh, di sini pesannya Teh Es. Jadi dibalik ya!
Menu Minuman di Warung Bang Amat |
Di warungnya Bang Amat ini kamu enggak usah takut kena harga mahal, karena semua sudah tertulis di menunya. Harganya lebih murah daripada warung pertama yang aku datengin. (Baca tulisan hello borneo kalau pengen tahu ceritanya). Aku baru sadar kalau yang aku foto itu daftar menu minuman, untuk makanannya. Satu porsi utuh harga 22rb, kalau setengah itu 17 ribu (kalau enggak salah).
Nggak perlu nunggu lama soto sudah terhidang di meja. Ini bener-bener pertama kalinya makan soto banjar. Penampakannya seperti di bawah ini
Soto Bang Amat Banjar |
Kata Kak Farida, di kuah soto ini terdapat campuran susu dan kuning telur yang di blender. Selain itu juga terdapat perkedel. Rasanya agak creamy gitu deh tapi emang enak sih. Gurih! Dari situ aku menyesa memesan setengah porsi, mau nambah aku jadi inget perut.
Warung sotonya buka mulai dari jam 7 kalau enggak salah, tutupnya kurang tahu. Yang jelas, hari jum’at soto ini tutup. Jadi jangan datang di hari jum’at. Buat kamu yang lagi mlipir ke Banjarmasin wajib nyobain soto ini.
Aku jadi agak menyesal makan soto se enak ini. Menyesal karena apakah bisa meraskaannya lagi? Semoga di Jawa bisa menemukan soto banjar yang minimal se-enak ini biar enggak kecewa :D.
Museum Lambung Mangkurat
Museum Lambung Mangkurat |
Untuk masuk ke museum Lambung Mangkurat hanya perlu membayar dua ribu rupiah untuk satu orang, selain itu biaya parkir untuk satu motor dua ribu rupiah. Museum Lambung Mangkurat terdiri dari beberapa gedung, gedung utama merupakan museum tentang sosial kebudayaan Banjar berupa rumah, seserahan manten, peralatan dan masih banyak lagi. Sedangkan bagian lain ada tentang keramik dan kain secara umum. Tidak hanya tentang Banjar saja.
Ada hubungannya sama adat pernikahan Banjar |
Begitu keluar dari museum, ternyata sudah mulai banyak anak muda yang berkeliling. Aku baru tahu ini kalau anak muda juga suka dengan museum. Setelah aku amati, ternyata mereka mencari pokemon -,- . Setelah aku cek game pokemon go, ternyata selain sebagai pokestop museum ini juga sebagai gym. Pantesan banyak yang nyari pokemon di sini.
Setelah capek berkeliling, kami beristirahat di depan Museum, karena gerimis tipis romantis menghampiri, aku pun memesan indomie rasa soto banjar yang ternyata tidak begitu enak. Hambar. Kami pun ngobrol dengan ibuknya yang jualan, ternyata kedua orang tuanya asli Blitar -,- . Banyak banget darah Blitar yang tersebar di Banjar.
Dari ibuknya juga dapat informasi kalau taksi ke Kandangan itu tidak sampai malam. Kalau mau ke kandangan jangan terlalu sore biar dapet taksi. Aku agak bingung dengan definisi taksi di sini.Akhirnya kami bergegas untuk kembali ke rumah teman Kak Farida untuk berkemas dan melanjutkan perjalanan menuju Kandangan kemudian ke Loksado tempat dimana kami bermain rafting bambu.
Leave a Comment