Cukup lama aku enggak melakukan pendakian gunung butak via Sirah Kencong Blitar, terakhir naik gunung butak taun 2016. Selebihnya cuma camping ceria di brak papat sirah kencong yang hanya butuh waktu sekitar 1 jam perjalanan. Jadi enggak aku anggap pendakian, cuma piknik aja sih :D.
Di penghujung tahun 2017 ini akhirnya aku putuskan untuk melakukan pendakian ke Gunung Butak via Sirah Kencong bersama partner pendaki Mas Fauzi dan seorang teman yang pada akhirnya enggak jadi ikut. Salah satu kesalahan terbesar adalah melakukan pendakian hanya berdua saja. Kurang rame. Minimal 3 orang lah biar bebanya juga enggak terlalu berat.
Berbeda dengan postingan pendakian tahun lalu, pada postingan tahun ini aku berhasil mencapai puncak Gunung Butak yang tingginya sekitar 2868 mdpl. Ini merupakan titik tertinggi yang pernah aku capai, selain naik pesawat yak. Karena aku memang bukan anak gunung, cuma punya rentalan alat outdoor masa iya enggak pernah naik gunung 😀 ?
Prosedur Pendakian Gn. Butak via Sirah Kencong
Sesampainya di pos satpam perkebunan teh sirah kencong, silakan laporan bahwa akan mendaki ke puncak gunung butak via sirah kencong. Selain itu, salah satu anggota diminta untuk meninggalkan KTP di pos satpam.
Kawasan Perkebunan Teh Sirah Kencong
Biayanya berapa? Tidak mahal, hanya membayar biaya masuk kawasan perkebunan. Satu orang 5 ribu rupiah dan dua ribu untuk satu kendaraan roda dua. Jadi satu motor berdua cukup bayar 12 ribu saja. Untuk saat ini motor bisa diparkirkan di kawasan perkebunan.
Bekal yang harus disiapkan, terutama air itu minimal satu orang bawa dua botol 1.5 liter air mineral. Itu sudah mepet banget. Jangan main-main cuma bawa 1 botol per orang. Bisa dijamin sangat kurang untuk sampai puncak. Apalagi sumber mata air masih harus turun 30 menitan dari puncak gunung butak di kawasan sendang yang berada di kawasan padang savana.
Cara menuju Sirah Kencong gimana? Mungkin bisa coba baca rute perkebunan teh sirah kencong. Sebelum berangkat naik, ada baiknya mampir ke warung bu tia untuk melihat peta rute. Karena di warung tersebut selain bisa mempersiapkan perbekalan juga bisa mengira-ngira perjalanan yang akan ditempuh.
Sore itu pun aku memesan dua bungkus nasi, satu untuk makan malam dan satu untuk sarapan. Karena cuma berdua aja. Kalau rame-rame enak masak-masak :D. Berhubung cuma berdua yasudah bungkus saja.
Bermalam di Wukir Negoro
Gerimis rintik-rintik memulai perjalanan ke Wukir Negoro bareng Mas Fauzi. Perjalanan dari Sirah kencong menuju Brak Papat di dominasi jalan menanjak namun agak landai. Lumayan buat pemanasan kalau pemula.
Hamparan kebun teh akan terlihat sepanjang perjalanan. Ada banyak jalan menuju ke Brak Papat, bisa melalui kebun teh maupun mengikuti jalan truk yang pastinya lebih jauh karena memutar. Namun apabila memotong kebun teh, jalannya ya agak naik naik gitu. Pemandangan kebun tehnya cakep kok.
Dari brak papat, tinggal 10 menit menuju ke Wukir Negoro. Nah, diantara brak papat dan wukir negoro ini ada pembangunan wisata. Lokasinya berada di tengah-tengah brak papat dan wukir negoro. Yang dijual pemandangan kebun teh sih.
Di wukir negoro tidak ada orang lain selain kami berdua, alhasil semalaman cuma ngobrol berdua aja, karena suasana di luar mendung berkabut sambil sesekali gerimis. Suara angin juga cukup menyeramkan. Sebelas dua belas dengan suara sapaan mantan #eh.
Perjalanan dari Sirah Kencong menuju Wukir Negoro butuh waktu sekitar 75 menit dengan tas carier 60L yang kelebihan muatan. Di wukir negoro ini masih bisa internetan, sinyalnya 4G meski kadang ilang tapi masih bisa kok buat update story di instagram :D.
Pendakian ke Puncak Gn. Butak
Setelah memasak lauk dan sarapan, perjalanan menuju puncak gunung butak dimulai sekitar pukul 7 pagi. Dari wukir negoro menuju ke Pos 1 aku butuh waktu sekitar 1 jam 15 menit. 15 menit lebih lambat dari waktu yang diperhitungkan di itinerary.
Jalur dari wukir negoro ke pos 1 berada di dalam hutan. Jalan landai juga lumayan banyak sih jadi bisa sedikit santai dan enggak terlalu ngoyo. Pepohonan juga enggak terlalu rimbun. Tanjakan ya lumayan, namanya naik gunung.
Di pos 1 ada sebuah tenda dan seseorang yang sedang memasak mie instan. Dia berempat bersama temannya yang sedang jalan-jalan naik ke pos 2. Setelah ngobrol dan beristirahat selama 15 menit, kami berdua pun melanjutkan perjalanan menuju ke pos 2.
Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Kondisi jalan dari pos 1 ke pos 2 tidak terlalu jauh sebenarnya, cuma ya gitu nanjak terus hampir enggak ada landainya. Tanaman juga cukup padat. Sehingga nggak bakal kepanasan.
Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 membutuhkan waktu yang lebih lama. Meski jarak enggak terlalu jauh tapi tanjakan yang terus menerus membuat tenaga terkuras cukup banyak. Belum lagi perut yang sudah mulai lapar. Sehingga di pos 3 pun akhirnya menyempatkan masak untuk makan siang. Padahal biasanya aku cuma makan sehari dua kali saja. Pepohonan tinggi sudah mulai jarang
Di pos 3 ini beban yang ada di tasku dipindahkan ke Mas Fauzi, kurang lebih 3 kilo lah. Sehingga perjalanan dari pos 3 ke pos 4 aku cuma butuh waktu 45 menit saja. Cepet kan ? haha. Kondisi jalan menanjak terus tetapi pendek. Sudah jarang pepohonan besar.
Di pos 4 ketika sedang beristirahat, kami bertemu dengan dua orang yang berjalan dari puncak. Mereka tik tok ke puncak gunung butak. Tanpa persediaan macam-macam, hanya naik berbekal makanan dan minuman. Karena sesampainya di puncak mereka segera turun lagi. Pepohonan besar sudah semakin sedikit.
Jalur tersulit adalah dari pos 4 ke pos 5. Selain cukup jauh, jangan harap menemukan jalan yang landai. Butuh waktu lebih dari 2 jam dari pos 4 menuju ke pos 5. Aku udah enggak terlalu ingat berapa lama tepatnya. Jalur panjang dan menanjak ini cukup asyik dengan bebauan edelweiss yang tidak berbunga namun tetap wangi. Meskipun begitu enggak bisa mengurangi rasa capek cuma menambahkan suasana relaks. Apalagi kabut juga sudah mulai tampak.
Dari pos 5 menuju puncak enggak sampai sejam sudah sampai. Di dominasi lumut di pohon-pohon sehingga disebut juga sebagai hutan lumut. Tepat jam 4.15 aku sudah sampai di pos puncak bayangan. Angin bertiup cukup kencang bersama kabut yang kemudian menjadi titik-titik hujan setelah terhempas ke dedaunan cemara.
Sesampainya di puncak, tidak tampak ada mahluk lain selain kami berdua. Angin berhembus kencang dengan kabut putih, sehingga tak tampak pemandangan yang memukau baik di sisi Blitar maupun Malang. Untuk mengantisipasi hujan, akhirnya tenda segera dibangun dan mengamankan barang-barang. Tepat pukul 17.15 hujan turun meski enggak terlalu deras, tetapi suara dedaunan yang bergesekan dengan angin kencang membuat suasana malam jumat di puncak gunung butak begitu mistis.
Berhubung mie instant merupakan makanan haram ketika di gunung, malamnya ya masak nasi, telur, tahu, dan tempe sehingga bisa menikmati makan malam berdua dengan romantis di tengah gemuruh angin dan gerimis. Sayangnya enggak sama cewek, jadi romantisnya ilang :D.
Perkiraan Perjalanan
Adapun perkiraan perjalanan yang aku tempuh kemarin
- Sirah Kencong – Wukir Negoro : 90 menit
- Wukir Negoro – Pos 1 : 75 menit
- Pos 1 – Pos 2 : 75 menit
- Pos 2 – Pos 3 : 75 menit
- Pos 3 – Pos 4 : 45 menit
- Pos 4 – Pos 5 : 2 jam
- Pos 5 – Puncak : 40 menit
Sumber Air Gunung Butak di Padang Savana
Sumber mata air terletak di padang savana, membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam dari puncak untuk sumber mata air. Jalannya juga cukup curam dari puncak, sedangkan apabila sudah sampai di hutan pinus jalan lumayan lebih enak sih. Apalagi kalau sudah sampai di padang savana dengan pepohonan edelweis jalannya bener-bener landai.
Suasana di padang savana pagi itu tidak berbeda jauh dengan di puncak. Kabut membatasi jarak pandang. Terdapat sebuah makam yang tidak terlalu jauh dari sumber mata air. Harum dedaunan edelweiss membuat pagi itu menjadi lebih hidup. Langit biru di tengah hamparan padang savana dan wanginya edelweis membuat setiap otot menjadi lebih relaks meski visual tersebut hanya bayangan semata.
Tidak tampak aktivitas manusia pagi itu di padang savana, mungkin karena suasana berkabut dan udara yang cukup dingin membuat orang-orang memilih untuk tetap berada dalam tenda yang tampak di beberapa titik. Mengisi empat botol 1.5 liter air juga enggak terlalu lama sehingga kami pun bergegas untuk segera kembali keatas, karena harus segera memasak dan melanjutkan perjalanan turun untuk pulang.
Menu sarapan adalah sayur sop dengan telur dan tahu. Karena sesungguhnya setelah perjalanan mendaki yang begitu melelahkan, mie instant adalah salah satu cara buruk untuk menghargai tubuh #eh :D.
Jam 9an pagi sudah mulai tampak beberapa anak yang muncak, pada umumnya mereka camp di padang savana kemudian muncak cuma buat foto-foto. Jadi penampilannya nggak mbladus kaya aku.
Berhubung belum ada tanda-tanda langit akan semakin cerah, akhirnya pada jam setengah 11 kami memutuskan untuk bergegas turun. Supaya tidak terlalu malam sampai di Sirah Kencong.
Perjalanan Turun dari Puncak Gn. Butak ke Sirah Kencong
Dari puncak gunung butak menuju ke Sirah kencong aku membutuhkan waktu 7 jam. Berangkat dari jam setengah 11 siang dan baru sampai warung Bu Tia pada pukul setengah 6 sore.
Di perjalanan turun sempat bertemu beberapa pendaki, salah satunya rombongan pendaki dari Nganjuk yang kehabisan persediaan air di pos empat. Membayangkan aja sudah ngeri, buat ngambil air ke savana tanpa persediaan air sama sekali. Beruntung aku masih ada 1 botol penuh air 1.5 liter yang bisa mereka bawa. Karena persediaan airku dan mas Fauzi masih cukup untuk sampai bawah.
Oleh karena itu aku sarankan untuk membawa 2 botol air mineral 1.5 liter untuk setiap orang dalam rombongan yang naik. Karena enggak ada sumber mata air sama sekali sebelum sampai puncak gunung.
Tips Naik Gunung Butak
Oh iya, sebelum menutup tulisan ini, aku mau kasih rangkuman lagi tentang tips naik gunung butak. Terutama melalui Sirah Kencong Blitar.
- Jangan lupa laporan ke pos satpam perkebunan teh sirah kencong dengan meninggalkan salah satu KTP anggota
- Bawa air minimal 2 botol 1.5 liter
- Pakai celana panjang dan sepatu disarankan apabila tidak ingin digigit pacet (kemarin aku lebih dari 8 kali gigit sih karena enggak nyaman kalau pakai celana)
- Lihat cuaca kalau mau naik, nggak enak muncak ketika hujan
Mungkin itu aja sih, mungkin kalau punya tips trik lain boleh tinggalin komentar nanti aku tambahin ke dalam list. Kemarin sempat bikin video juga, kalau udah sempat ngedit nanti aku embed di postingan ini.
Leave a Comment