Mengunjungi Bromo yang Sedang Batuk di Malam Satu Suro

panduaji

0 Comment

Link
Malam Satu Suro kemarin aku diajak untuk mengunjungi Gn. Bromo yang sedang ‘batuk’ oleh Firman. Ini masih kelanjutan dari perjalanan tiket promo kereta api yang beberapa waktu lalu aku posting. Karena perjalanannya  masih cukup panjang.

Setelah menonton SKM 6 di Jogja malamnya ngobrol bentar sama Mas Hiza dan Mbak Chonie, setelah itu tidur dan kelaparan dini hari bareng Cak Danny yang akhirnya makan gudeg jam 3 pagi di Malioboro. Paginya meluncur ke Surabaya naik tiket promo Sancaka Pagi, dan malamnya aku diantar Hafid teman SMK dulu menuju ke Sidoarjo, tempat aku singgah beberapa hari sebelum mengunjungi gunung bromo yang sedang batuk.

Perjalanan ke Gn. Bromo via Probolinggo

Gunung. Bromo
Gunung. Bromo
Malam satu suro rombongan kami yang berjumlah sekitar 26 orang berangkat dari Sidoarjo , menuju Gn. Bromo. Aku bertemu dengan beberapa teman sejawat ketika dulu di Surabaya. Mereka adalah teman-teman yang dipertemukan dalam komunitas Internet Marketing Surabaya. Meski sudah jarang bertemu, namun kami masih sering berhubungan melalui media daring. 
Perjalanan dimulai sekitar jam setengah 10 malam. Aku enggak terlalu memperhatikan perjalanan karena cuma tidur saja di jalan. Malam itu perjalanan ke Bromo melalui Probolinggo. Aku enggak begitu paham Bromo, karena sebelum itu aku hanya datang ke Bromo satu kali. Itu pun tahun 2010, sudah sekitar enam tahun yang lalu. Perjalanan terdahulu seingetku pernah aku tulis cukup panjanng karena petualangan 10 orang lulusan SMK yang nekat ke Bromo tanpa ada yang pernah ke sana sebelumnya.
Sekitar pukul 12an bis yang kami tumpangi sudah tiba di kawasan entah apa namanya, yang jelas kami menunggu jam menunjukkann pukul 2 untuk melanjutkan perjalanan menggunakan hartop / jeep.
Jeep ke Bromo
Salah satu jeep rombongan kami

Jam menunjukkan pukul setengah tiga ketika rombongan kami mulai naik ke Bromo dengan beberapa jeep. Mobil jeep melaju dengan kencang dan bisa dibilang ugal-ugalann sih membuat mood jalan-jalan langsung kacau. Duduk di bangku belakang membuatku agak mual dengan ulah sopir jeep yang bisa dibilang ugal-ugalan. Aku kurang tahu apa memang semua jeep ke bromo seperti ini atau hanya beberapa oknum saja yang seperti ini?

Catatan : Bukan jeep di foto yang aku naiki, tetapi jeep yang lain yang kebetulan enggak aku foto.

Pagi di Penanjakan 2 Bromo Probolinggo

Rombongan kami menikmati sunrise di penanjakan 2 Bromo, berbeda dengan view yang pernah aku datangi dulu yaitu di Penanjakan 1. Karena jalan menuju lautan pasir bromo sedang ditutup gegara status gunung yang siaga. Oleh karena itu kami menikmati dari penanjakan 2 bromo.
Jujur, penanjakan kedua ini jauh lebih susah dibanding yang pertama, karena kita perlu jalan kaki cukup jauh untuk mencapai puncak ketinggian. Berbeda dengan penanjakan 1 yang tidak terlalu jauh dari parkiran. Selain itu banyak orang yang menyewakan kuda terutama untuk yang enggak kuat naik. Sayangnya kotoran kuda berserakan dimana-mana dan menimbulkan bau yang sangat tidak enak.
Langit di Gn. Bromo
Langit di Gn. Bromo
Aku perlu beberapa kali berhenti untuk mencoba mengabadikan bintang-bintang di langit, dan ternyata pakai kamera Sony RX100 MII sudah bisa buat ngambil foto seperti di atas. Not bad kan ya untuk kelas kamera pocket / prosumer? Mungkin lain kali aku tulis review tentang kamera tersebut.
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya sampai juga di bagian teratas penanjakan 2 ini. Ternyata diatas sudah cukup ramai dan selamat berburu spot. Pagi itu aku berada di titik yang cukup tinggi untuk mengabadikan moment sunrise bromo yang beberapa tahun lalu benar-benar menakjubkan. Sayang beribu sayang, ternyata cuaca tak secerah yang aku duga, tak ada sunrise menakjubkan seperti yang pernah aku rasakan enam tahun lalu.
Mengunjungi Bromo yang Sedang Batuk di Malam Satu Suro 1
Kawah Gunung Bromo status Siaga
Meski dalam status siaga, namun wisatawan lokal maupun mancanegara masih cukup banyak yang masih datang dan menikmati pagi di Bromo. Gunung Bromo tetap memikat di kala pagi, kabut-kabut tipis menyelimuti hamparan pepohonan hijau. Pagi dan kabut merupakan perpaduan pas untuk dinikmati dengan secangkir kopi.
Kabut pagi di Bromo
Kabut pagi di Bromo
Setelah cukup puas menikmati pagi di penanjakan dua Bromo, rombongan pun bergegas untuk kembali ke Sidoarjo lagi. Inilah penampakan beberapa rombongan yang terpisah dengan yang lain

Jalan jalan ke Bromo
Jalan jalan ke Bromo
Jalan turun ternyata cukup jauh, masih dengan hiasan kotoran kuda di jalanan dengan bau yang khas. Makan popmie harganya 15 ribu untuk seporsi. Hati-hati waktu makan, karena meskipun kelihatannya panas, tapi ketika masuk mulut rasanya enggak panas. Tapi percayalah bahwa itu bener-bener panas, jadi yang ati-ati aja makannya, kalau langsung di makan seperti layaknya mie yang dingin, rasakan keanehan di lidahmu keesokan harinya. 
Setelah turun sampai di bawah aku sarankan untuk tidak langsung naik ke hartop. Istirahatlah bentar sambil meluruskan kaki. Karena kemarin ngelurusin kaki juga kurang lama, sehingga setelah naik hartop kaki terasa sangat pegel. Kalau parah bisa jadi varises. karena di hartop enggak bisa ngelurusin kaki dan perjalanan masih cukup jauh.
Hartop di Bromo
Hartop di Bromo
Biasanya setelah menikmati sunrise di penanjakan dilanjutkan dengan turun ke kawah, tapi karena masih ditutup, rombongan kami segera bergegas balik ke Sidoarjo naik bus :D. 
Berapa sewa hartop / jip ke bromo kak? Berapa biaya tiket masuk ke bromo? Untuk kali ini aku enggak bisa jawab karena enggak tahu.  Jadi cuma cerita perjalanannya saja yak 😀

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment