Blender 2.64 |
Saya sendiri menggunakan Blender sejak tahun 2009, meski beberapa kali vakum namun sampai saat ini saya tetap pengguna Blender. Banyak yang bertanya kenapa saya tetap menggunakan Blender, padahal pengguna Blender bisa dibilang minoritas. Saat SMK dulu dari teman satu kelas, hanya dua anak yang menggunakan Blender.
Aplikasi piano pertama saya, 2009 |
Dari beberapa software yang pernah saya coba, pilihan saya tetap jatuh pada Blender. Blender merupakan software yang membuat saya nyaman dalam menggunakannya. Berikut beberapa alasan saya menggunakan Blender yang sifatnya subyektif. Tiap orang memiliki kesan tersendiri dalam menggunakan software. Berikut beberapa alasan saya masih setia menggunakan Blender.
User interface yang friendly. Kita bisa dengan bebas meng-custom tampilan user interface sesuai dengan keinginan. Meski sudah ada 5 buah template layout user interface yang sudah baik, masing-masing dengan kegunaan yang berbeda. Namun terkadang saya memerlukan tambahan layout untuk di custom.
Layout bebas dan Multifungsi |
Shortcut sangat mempermudah dalam bekerja, terutama untuk fungsi-fungsi yang paling sering di pakai. Kalau hafal shortcut atau tombol pintas ini, bisa mempercepat proses produksi. Saya tidak perlu lagi memilih menu-menu yang memakan waktu sekian detik, jika perintah yang dilakukan banyak, berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk navigasi klik menu?
custom shortcut |
Custom shortcut juga tersedia dalam Blender, kita bisa dengan mudah mengganti shortcut sesuai dengan keinginan kita, untuk melakukan seleksi mouse pun kita bisa mengaturnya sesuai dengan keinginan. Tergantung bagaimana enaknya, klik kanan atau klik kiri untuk melakukan seleksi objek.
Dukungan komunitas Blender sangat baik, hal ini mempermudah saya dalam belajar Blender. Ada beberapa tips bertanya masalah teknis dalam komunitas. Intinya untuk mendapatkan respon yang positif, tunjukkan perilaku yang positif juga. Sehingga tercipta simbiosis mutualisme dari penanya dan penjawab.
Workshop Blender ~ SMA N 1 Surabaya |
Kebebasan pengguna, merupakan hal yang sangat saya sukai. Saya sebagai pengguna bebas memodifikasi file yang sudah ada, bahkan jika kurang cocok dengan splashscreen atau menu lainnya kita bisa menggantinya sesuai dengan keinginan kita. Selain itu juga bebas menentukan sistem operasi yang digunakan, Blender tidak mengharuskan penggunanya untuk menggunakan salah satu operasi sistem. Available untuk semua operasi sistem desktop, mungkin suatu hari untuk mobile juga bisa :D. Selain itu bebas dari biaya sewa lisensi yang kerap diartikan dengan pembelian software.
ganti splashscreen |
Pengembangan software cepat, terkadang dalam hitungan jam kita bisa mendapatkan update terbaru dari Blender di graphicall.org, yang di dalamnya mungkin dipercobakan fitur-fitur experimental. Sehingga kita bisa turut andil sebagai tester dan berkontribusi dengan melaporkan bug’s (jika ada). Bahkan setelah release pun jika ditemukan bug’s yang fatal akan segera diupdate. Seperti yang ada pada Blender 2.64 yang rilis beberapa waktu lalu, yang kemudian diupdate sekitar 1 – 2 minggu dengan rilisnya Blender 2.64a.
graphicall |
Aplikasi Blender portable kurang dari 60Mb sehingga bisa dengan mudah kita bawa kemana-mana, jadi jika kepepet dikejar deadline dan komputer setengah ngambek bisa buat ngerjain tugas di warnet tanpa perlu akses admin untuk instalasi. Selain itu ukuran file installer Blender kurang dari 50Mb. Untuk yang koneksi pas-pasan nggak perlu lagi mendownload jika ingin mendapatkan yang terupdate.
Ukuran aplikasi blender |
Selain untuk Animasi 3D, saya sering gunakan Blender untuk menyunting video. Editing video di Blender sudah cukup mumpuni buat saya, selain itu juga ada game engine yang bisa dipakai, seperti Aplikasi Piano Digital bernama Piandu yang pernah saya buat dengan Blender.
Hardware untuk menjalankan Blender juga tidak muluk-muluk, komputer lama yang sederhana pun sudah dapat digunakan untuk bermain dengan Blender, sesuaikan kapasitas hardware dengan kebutuhan. Berikut hardware yang disarankan oleh Blender Foundation
spesifikasi hardware |
Mungkin itu beberapa alasan saya tetap memakai Blender sampai saat ini, karena Blender More Than Enough (Blender lebih dari cukup)
Bagaimana dengamnu? Apa alasan menggunakan software yang dipakai saat ini? Semoga bukan karena ikut-ikut.
Leave a Comment