Blender, merupakan software 3D yang belakangan booming di Indonesia. Bukan hanya karena kemampuannya yang mumpuni, tetapi juga kemudahannyba untuk didapatkan secara GRATIS dan LEGAL! Gak kebayang bukan software sejenis Maya, 3DSMax dll yang konon menghabiskan lebih dari Rp. 30 juta untuk satu komputernnya bisa digantikan dengan Blender. Berapa banyak uang yang bisa kita hemat untuk produksi konten-konten 3Dimensi? Diluar keluhan-keluhan belajarnya yang kata sebagian orang sulit. Padahal jika mau belajar, insyaAllah bisa dikuasai dengan mudah, apalagi mereka yang sudah lama berkutat di dunia 3D. Karena KONSEP semua software 3D itu SAMA!
Opini diatas merupakan manfaat Blender secara ekonomis. Hal tersebut selain banyak menuai komentar positif, namun ada juga yang mencibirnya. Dibalik semua itu tahukah bahwa Blender telah mengubah kehidupan banyak orang-orang hebat di sekeliling saya. Dan energi positif yang saya terima dari perubahan orang-orang di sekeliling saya tersebut sudah merubah saya dalam berbagai hal yang positif pula.
Awalnya saya benar-benar tidak suka dengan dunia 3Dimensi karena begitu rumitnya sebuah objek yang memiliki volume. Perlu mengenal vertex, edge, face dan istilah-istilah lain di dunia 3D. Awalnya saya belajar 3DSMAX yang digunakan SMK kelas 2. Karena merasa kesulitan, akhirnya lebih banyak melakukan copy paste tugas dan mengubah sedikit material, itu pun yang mengerjakan adalah teman saya :D.
Tutorial Piano di [dot]BlendMagz02 ~ 2009
Saya dipaksa untuk mengenal dunia 3D melalui Blender saat magang di Meruvian. Meski tidak ada tugas langsung dari instansi terkait, namun pihak sekolah seolah memaksa saya untuk menghasilkan sebuah karya dengan software bernama Blender. Awalnya saya tidak tertarik, biarlah teman saya Rara yang terjerumus dalam dunia 3D.
Terlalu sering mengalah malah membuat saya semakin bersemangat untuk mengalahkan Rara, hingga akhirnya Piano lahir yang saat ini sudah dikenal dengan Piandu. Presentasi tiap akhir pekan di SMK membuat saya lebih sering bermain dengan Blender, sehingga mendapat kesempatan untuk mempresentasikan Aplikasi Piano dengan Blender saat Technopreneurship di Era Open Source di VEDC Malang.
Close Minded adalah faham yang saya anut saat itu. Saya benar-benar menjaga source dari aplikasi piano tersebut (Pelit banget ya saya :D), padahal sebenarnya aplikasi tersebut tiada artinya diluar sana.
Setelah bergabung di Komunitas Blender Indonesia, close minded yang saya anut berubah menjadi open minded. Saya jadi lebih sering sharing, bukan hanya masalah tapi juga solusi. Hingga akhirnya saya share semua source file pembuatan aplikasi piano dengan Blender + membuatkan tutorial step by step membuat aplikasi piano dengan Blender. Tutorial pertama tersebut telah memberikan energi positif terkuat dalam sejarah hidup saya.
Revisi Aplikasi Piano
Karena Blender, saya meninggalkan software-software propietary dan beralih ke software-software open source yang langsung dapat di sinkronkan dengan Blender seperti Inkscape (curve trace), GIMP (texture paint), Ardour (sound), Ubuntu (Operasi Sistem) dan masih banyak lagi.
Setelah menamatkan sekolah di SMK Negeri 1 Surabaya saya pun merantau ke Jogja. Ke sebuah studio berbasis komunitas non profit yang bernama Open Studio Society. Hal tersebut juga karena BLENDER! Tidak terasa selama satu tahun di Jogja ternyata saya mendapatkan banyak sekali keuntungan secara batin dan mental disamping keuntungan material.
Saat itu saya sempat ikut andil dalam workshop Blender di beberapa universitas negeri dan swasta. Selain itu tanda tangan saya berharga untuk sebuah surat magang resmi yang diserahkan mahasiswa ke pihak birokrat universitas untuk syarat kelulusan mereka. Dan semua itu tanpa menggunakan IJAZAH. Begitu hebatnya BLENDER sehingga membuat IJAZAH SMK yang saya miliki tidak berarti…
beberapa mahasiswa magang (bj-blender) yang belajar bersama saya di OSS Jogja
Dan akhirnya saya sadar, bahwa saya tidaklah handal dalam teknis Blender. Meski saya tahu cara membuatnya namun apa yang saya lakukan selalu dibawah apa yang saya bayangkan. Sekitar setengah tahun ini saya mencoba menarik diri dari dunia Blender, saya tidak lagi berkutat dengan Blender, meski sesekali masih menuliskan tutorial Blender.
Namun beberapa waktu yang lalu secara tidak langsung saya ditarik kembali untuk masuk dunia Blender lagi. Kali ini langsung terjun ke dalam teknis! Membuat animasi 3D untuk softlaunching logo salah satu kampus ternama. Setelah rehat beberapa waktu ganti sekarang ditarik lagi untuk membantu dalam pembuatan salah satu iklan yang akan tayang di televisi nasional akhir bulan ini.
Sungguh saya heran, kenapa Blender begitu kental dengan diri saya. Mungkin karena saya sudah terbranding dengan BLENDER! Sehingga sedikit hal yang terkait dengan dunia Blender, orang-orang di sekitar saya langsung menatap diri saya.
Padahal saya sendiri tidak memiliki banyak portofolio Blender, hanya ada sedikit. Namun entah darimana branding BLENDER mengikat diri saya. Seolah-olah saya tahu seluk beluk Blender. Namun setidaknya hal tersebut telah ‘memaksa‘ saya untuk benar-benar tahu seluk beluk Blender.
Ketika melihat Blender, saya coba memperhatikan animasi-animasi yang belakangan heboh di sekeliling saya. Seperti Hebring 3 dan Si Nini yang banyak menyita perhatian publik, keduanya dibuat menggunakan BLENDER! Juga Pernyataan dari Lakon Animasi di IndoCG yang berencana menggunakan Blender dalam kelas yang akan dibuatnya setelah menggemparkan Indonesia dengan video animasi berjudul Pada Suatu Ketika.
Modeling Kandang Ayam
Setidaknya Blender telah berperan dalam menggairahkan Animasi Indonesia. Mulai banyak studio animasi yang menggunakan Blender sebagai software 3Dnya seperti Main Studio, SiAnima, Studio Asiah, CleoMotion, Hicca Studio, OHA Studio, Gunung Batu, DGM, dan masih banyak lagi Studio Animasi di Indonesia.
Setidaknya masa depan Animasi Indonesia terbantu dengan hadirnya Blender yang selama ini banyak dianggap remah oleh beberapa kalangan. Sekarang pilihan ada di tangan ANDA! Apakah anda hanya ingin menunggu dan melihat kebangkitan ANIMASI INDONESIA atau anda akan ANDIL dalam KEBANGKITAN ANIMASI INDONESIA?
Leave a Comment