Selesai bermain di Gua Pindul Jogja, kami diajak untuk menikmati sate klathak Pak Pong yang katanya legendaris. Perjalanan dari Gua Pindul menuju sate klathak pang pong ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan melewati heha skyview yang merupakan destinasi baru di kawasan bukit bintang Wonosari.
Hal terbaik yang bisa dilakukan ketika di bus adalah tidur! Aktivitas di gua pindul bisa dibilang cukup melelahkan, terutama untuk orang-orang yang jarang gerak dan memiliki kendala badan terlalu berat sepertiku.
Sate Klathak
Sate klathak mungkin terdengar asing untuk sebagian masyarakat Indonesia, bahkan aku yang dulu pernah tinggal di Jogja selama satu tahun pun dulu belum pernah dengar yang namanya sate klathak. Aku baru tahu sekitar tahun 2015an ketika main ke Jogja
Sate Klathak merupakan salah sate kambing khas Pleret, Bantul, Jogja. Menurut wikipedia, kegiatan membakar sate di pembakaran terbuka itu disebut klathak. Nah, yang bikin beda dari sate kebanyakan adalah bumbu yang digunakan, saat penyajiannya sate klathak ini tidak menggunakan bumbu kacang dan kecap seperti layaknya sate madura maupun ponorogo. Melainkan menggunakan garam dan lada.
Sate juga tidak ditusuk menggunakan bambu tetapi menggunakan jeruji sepeda. Konon katanya dengan adanya jeruji ini matangnya sate bisa sampai bagian dalamnya. Karena jeruji besi merupakan penghantar panas yang baik, jadi nggak cuma bagian luarnya aja yang kebakar tetapi bagian dalamnya juga.
Sate Klathak Pak Pong
Warung Sate klathak pak pong ini ternyata cukup luas, bahkan terbagi dalam beberapa rumah makan. Cap kuliner legendaris Jogja memang nggak gagal untuk mendatangkan pengunjung. Itu pun butuh proses yang nggak satu – dua tahun aja.
Pesanan kami baru datang sekitar satu jam setelah memesan, bisa dibilang cukup cepat jika dibandingkan dengan salah satu postingan blog yang rela nunggu sampai dua jam untuk bisa menikmati sate klathak pak pong ini.
Sate klathak pak pong ini memang menyalahi banyak aturan umum pada dunia persatean kok. Selain tusuk sate yang menggunakan ruji sepeda, sate yang biasanya disajikan dalam satu njinah alias sepuluh tusuk, di sini cuma disajikan dalam dua tusuk. Tapi emang sih dua tusuk satenya memiliki potongan daging yang cukup besar seperti penampakan di bawah ini
Kuah kaldu ini aku mirip dengan sop, cuma aku bingung mendefinisikan rasanya. Karena kurang begitu nendang rasa kaldunya. Nanggung banget rasanya. Potongan daging yang dibakar juga empuk dan enak untuk dirasakan, sayangnya ya itu masih kurang nendang.
Bahkan jika dibandingkan dengan sate klathak rekomendasi dari Mas Hiza lima tahun lalu, sorry to say kalau ingatanku masih bilang Sate Klathak Pak Untung di Imogiri yang aku rasakan masih lebih enak dibandingkan Sate Klathak Pak Pong ini. Mungkin bisa jadi referensi tempat nyate klathak yang lain.
Selain sate klathak, ada juga menu lain seperti gule dan krengsengan. Kemarin sempat nyobain gulenya, aku suka dengan kuahnya apalagi kalau dicampur dengan sedikit kecap. Sayangnya nggak disediakan bumbu tambahan seperti lada maupun sambel supaya bisa menambahkan rasa pedas sesuai dengan yang diinginkan.
Memesan jeruk hangat dengan gula batu untuk penutup makan malam sate ini memang pilihan yang tepat. Jeruknya enak, manisnya pas dan cocok buat aku.
Harga
Aku nggak tahu harga makanan di warung sate klathak pak pong ini berapa, karena masih dalam rangka dibiayain oleh Smartfren selaku sponsor perjalanan ke Jogja selama beberapa hari ini. Namun dari tanya teman yang pernah makan di sana, berikut rincian harga yang mungkin belum berubah sampai saat ini
- Sate Klathak 22ribu isi 2 tusuk
- Nasi Putih 4ribu
Selebihnya aku juga nggak ngerti. Mungkin kamu tahu harga sate klathak pak pong terkini? Boleh lah tulis di kolom komentar yang sudah ada.
Lokasi Warung
Warung Sate Klathak Pak Pong berada di Jl. Sultan Agung No.18, Jejeran II, Wonokromo, Kec. Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalau bingung, cari aja di Google Maps, ada kok.
Leave a Comment