“Sang, aku mau ke Pacitan, ayo dolan” pesan singkat via whatsapp ke salah satu sepupu yang mulai suka main sama moto. “Ini mas yang baru”, balasnya sambil mengirimkan foto landskap teluk pacitan dari perbukitan yang cantik. Sebenernya aku udah enggak terlalu ngebet buat main ke tempat wisata hits macam gini, tapi karena lokasinya enggak terlalu akhirnya aku iyain buat main ke tempat yang diberi nama Sentono Gentong.
Beberapa hari setelah percakapan melalui whatsapp itu aku pun sampai di rumah nenek yang berada di daerah Cokrokembang, Ngadirojo, Kab. Pacitan. Daerah ini biasa juga disebut Lorok. Aku sendiri nggak tahu darimana asal usulnya. Sebelum pergi main, pagi itu aku sempatkan untuk menikmati pagi di daerah Gn. Duwur sembari nyekar ke makam Ibuk (Mungkin akan aku tulis sendiri tentang keindahan sunrise di daerah ini dalam postingan blog lain).
Pagi itu pun rencana mengunjungi Sentono Gentong yang tadinya hanya wacana bisa terwujud tatkala seorang teman yang kebetulan juga pulang kampung mengajakku untuk ke sana. Sepertinya memang tuhan punya rencana yang mengharuskanku untuk datang ke Sentono Gentong. Entah untuk apa aku juga kurang tahu. Akhrinya aku mengurungkan diri untuk istirahat dan bergegas melakukan perjalanan sekitar 60 menit dari rumah nenek.
Perjalanan ke Sentono Gentong Pacitan
Sekitar pukul 08.30 aku bergegas berangkat dari Lorok menuju ke Pacitan kota untuk menuju ke Sentono Gentong. Dari lorok bisa melalui Jalur Lintas Selatan yang belakangan cukup hits karena selain jalannya masih mulus, pemandangan yang ditawarkan pun memukau, terutama di daerah Sidomulyo (Pantai Soge) dan Hadiwarno. Selebihnyna biasa aja sih sebenernya :D.
Dari JLS bisa ambil rute ke arah Solo. Lewatlah daerah Pantai Teleng Ria, jangan lewat Tanjakan di Sedeng. Karena tempat wisata baru di Pacitan Sentono Gentong ini berada di rute bus. Jadi buat yang enggak bawa kendaraan pribadi sebenarnya bisa juga datang ke Sentono Gentong dengan naik bus Jurusan Solo dan turun di depan Kantor Desa Dadapan. Gang masuk ke kawasan Sentono Gentong berada di seberang kantor kepala desa Dadapan, Kec. Pringkuku, Pacitan.
Dari depan kantor desa, jalan menurun dengan kondisi cor, kendaraan roda dua maupun roda empat bisa turun. Elf long pun juga bisa turun dan enggak perlu khawatir dengan kendaraan dari bawah, karena semua sudah dikondisikan satu jalur. Pintu masuk berada di depan kantor desa dadapan sedangkan pintu keluar kawasan berada di rute yang lain. Sungguh patut diapresiasi pengelola tempat ini dalam mengaturnya.
Setelah turun dan mengikuti jalan cor sejauh 300 meter, kita akan sampai di loket. Kendaraan roda dua maupun empat diharapkan parkir di rumah warga yang sudah dikondisikan sebagai lahan parkir. Biaya parkir gratis! Namun sebagai gantinya, harga tiket masuk kawasan ini adalah Rp. 10.000 per orang. Cukup mahal jika dibandingkan dengan beragam tempat wisata di Blitar.
Mobil angkutan dari parkiran ke kawasan Sentono Gentong, Gratis
Utuk turun ke lokasi Sentono Gentong yang masih 300 meter dari tempat parkir telah disediakan angkutan pickup untuk angkutan umum di daerah Pacitan yang melayani turun dan naik tanpa dipungut biaya sama sekali. Salut sama yang memanage tempat wisata baru ini sampai sedemikian rupa.
Keindahan Teluk Pacitan dari Sentono Gentong
Begitu turun dari mobil angkutan yang mengantar, pemandangan tidak sesuai dengan ekpektasi karena ada sebuah tenda besar yang cukup mengganggu pemandangan. Ternyata sedang berlangsung liga seri paralayang jawa timur :D. Jadi perlu nambah jalan dikit buat menikmati keindahan Teluk Pacitan dari Sentono Gentong.
Pemandangan Teluk Pacitan dari Sentono Gentong
Meski siang itu panasnya cukup terik, namun pengunjung tempat wisata ini bisa dibilang cukup ramai. Kebanyakan memang rombongan orang tua dengan anak-anak. Selain itu juga tampak beberapa muda-mudi yang asyik foto selfie berdua. Mungkin angin yang kencang memberikan kesejukan tersendiri untuk para pengunjung. Belum lagi gazebo-gazebo yang tersedia untuk beristirahat.
Selain bisa menikmati keindahan teluk pacitan, para pengunjung juga bisa melihat Kota Pacitan dan pegunungan yang mengitarinya. Dari situ aku baru sadar kalau ternyata kota Pacitan masih belum terlalu padat. Akhirnya temanku ngomong “Coba lihat, Pacitan itu cuma segitu. Bisa dikembangkan menjadi apa?” Sebuah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban seketika. Jadi inger perjalanan backpackeran ke bangkok dan pattaya. Pacitan memang tampaknya pantas untuk dikembangkan menjadi kota wisata, karena dukungan pemerintah yang sedemikian rupa.
Pemandangan Pegunungan di Pacitan dari Sentono Gentong
Namun sayangnya untuk saat ini belum ada kegiatan lain yang bisa dilakukan selain melihat pemandangan alam sambil menikmati kencangnya angin di kawasan ini. Selain itu warung-warung tenda juga belum bervariasi jualannya. Ada baiknya nantinya warung-warung ini menyediakan produk dari warga sekitar, sehingga bisa sekaligus mengenalkan produk lokal ke para wisatawan yang berasal dari luar daerah.
Pengunjung Sentono Gentong Pacitan
Setelah cukup puas, lapar dan ngantuk karena belum cukup tidur semalam akhirnya kami putuskan untuk segera pulang ke Lorok dan berisitirahat. Karena keesokan harinya aku sudah harus kembali pulang ke Blitar karena misi utama ke Pacitan hari itu sudah terpenuhi.
Leave a Comment