Jam menunjukkan sekitar pukul 8 pagi ketika kami checkout dari Capsule Net Omotenashi No Oyado. Angin di musim dingin berhembus cukup kencang membuat kulit bagai ditusuk-tusuk jarum. Bener kata orang, dinginnya winter di Jepang itu enggak seberapa, cuma anginnya yang bikin enggak kuat.
Hari terakhir di Tokyo dihabiskan dengan jalan-jalan di Ameyoko dan melanjutkan perburuan patung captain tsubasa yang kurang dikit. Sambil menunggu keberangkatan bus malam menuju kota selanjutnya acaranya cuma jalan-jalan di sekitar Stasiun Tokyo dan mampir ke Imperial Pallace.
Belajar dari Penjual Kebab di Ameyoko!
Ameya Yokocho / Ameyoko di pagi hari |
“Hallo Bro, mampir makan sini. Halal” Ujar salah seorang pria bule penjual Kebab yang membuatku sedikit tercengang. Setidaknya ada dua hal yang membuatku sedikit bingung, pertama dia cukup faseh berbasa Indonesia dan yang kedua dia bisa tahu kalau aku orang Indonesia. Sambil senyum-senyum membalas ajakannya aku bergegas melanjutkan jalan-jalan di Ameyoko.
Sebenernya tujuan main kesini cuma pengen tahu dan melihat langsung sebuah toko bernama Fathimah. Toko ini bisa dibilang toko kelontong Indonesia. Berhubung lokasinya berada di ujung satunya, akhirnya kami kembali melewati 3 penjual kebab yang saling menawarkan dagangannya. Kami memutuskakn untuk berhenti dan makan di Oskar Kebab yang penjualnya cukup faseh berbahasa Indonesia meski kosa katanya tidak begitu banyak.
Di Kebab ini aku memesan satu porsi Kebab Bowl seharga 600 Yen. Dalam kebab bowl ini isinya cuma nasi, daging dan sayuran yang ada dalam kebab. Satu hal yang membuatku suka makan di Oskar Kebab ini adalah rasa pedas yang ditawarkan oleh sambal tingkat very hot. Beneran Pedes!
1 Porsi Kebab Bowl di Oskar Kebab |
1 Porsis Kebab Bowl sudah lebih dari cukup, bahkan membuatku super duper kenyang. Awalnya enggan untuk menghabiskan, tapi karena santai akhirnya habis juga. Aku suka sama perpaduan pedas dan dagingnya yang enak. Boleh lah jadi alternatif makanan halal di Tokyo, karena ditokonya tercantum logo halal.
Dia memberikan segelas orang juice GRATIS! Padahal di menunya di bandrol dengan harga 300 Yen. Hahaha. Karena enggak begitu rame, aku sempat ngobrol sama penjualnya. Penasaran aja, bagaimana mereka bisa berbahasa Indonesia cukup lancar. Aku pun bertanya
“Kok bisa ngomong Indonesia?” Tanyaku ke penjualnya
“Indonesia, i can only speak a little bit. For business only” jawabnya.
Jawabannya bener-bener jujur apa adanya. “For business only!“. Untuk bisnis dan mengakrabkan diri dengan calon pembeli mereka belajar bahasa Indonesia, minimal untuk sekedar say hello dengan pembeli. Ini jadi sebuah pelajaran juga buatku yang jualan online 😀 .
Senantiasa Berdizikir sambil nunggu pembeli (lagi) |
Cuma ada dua pegawai di outlet ini, satu bertugas untuk menyajikan pesanan sedangkan yang satunya bertugas untuk menyapa orang-orang yang lewat dengan keterampilan ngomong macem-macem bahasa. Ternyata enggak cuma bahasa Indonesia saja, ternyata mereka bisa bahasa korea, mandarin, arab, india dan masih ada beberapa bahasa yang aku enggak ngeh. Bahkan dalam beberapa kasus dia enggak ragu untuk merangkul pundak seorang wanita jepang yang akhirnya pun membeli di warung kebabnya. Brilliant! Saat diam ternyata dia berdzikir dengan satu tangan dibelakang memegang tasbih. Subnalallah sekali bukan?
Oskar Kebab di Ameyoko, Tokyo |
“You are my Bro, dont forget to come here when you are in Tokyo!” Sebuah kalimat terakhir sebelum kami meninggalkan kedainya dan melanjutkan perjalanan mencari toko Fathimah di Ameyoko. Ternyata tokonya beneran ada 😀
Plang Toko Fathimah! |
Apesnya enggak ambil foto toko ini sama sekali. Jadi inget obrolan sama uchik tentang penyesalan dari sebuah perjalanan. Enggak banyak stock foto yang aku miliki. Terkadang cuma teringat, ah kenapa aku enggak ambil foto ini, ini dan ini. Atau kita terlalu menikmati perjalanan sehingga enggak sempat mengabadikan moment melalui bingkai digital? Entahlah, yang namanya penyesalan memang ada di belakang, karena kalau didepan namanya pendaftaran.
Leave a Comment