Setelah 3 hari bersama Blnder Indonesia di BIAF, agenda selanjutnya adalah main-main dulu di Bandung Selatan. Meski awalnya mau ke Lembang, tapi karena ada sesuatu hal akhirnya teman mengajak untuk ke Ciwidey.
Ciwidey merupakan salah satu kecamatan yang berada di bagian Selatan Kab. Bandung. Salah satu destinasi wisata yang terkenal di Ciwidey adalah Kawah Putih. Mungkin aku akan diajak ke sana sama Bang Odie, seorang teman yang aku kenal ketika backpacker ke Bawean.
Perjalanan Bandung – Ciwidey Naik ‘ELF’
Berhubung Bang Odie sudah berada di Ciwidey, aku kudu nyusul sendiri datang ke sana. Aku di kasih info untuk pergi ke Terminal Leuwi Panjang kemudian dilanjutkan naik Elf ke Ciwidey. Setelah lihat di google map, jaraknya lumayan juga sih :D.
Aku pun bertanya kepada bapak yang menjaga tempat aku menginap, bagaimana menuju terminal Leuwi Panjang. Bapak tersebut menjawab, tunggu aja di sebrang jalan mas, ada kok angkot yang mengantarkan ke Ciwidey.
Akhirnya pagi-pagi bener aku bersiap, sekitar setengah 7 pagi aku sudah berpamitan ke bapak penjaga rumah, Jamie dan Widi yang masih ada di rumah tersebut. Aku pun menunggu angkot menuju terminal Leuwi Panjang.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya ada angkot menuju terminal Leuwi Panjang yang lewat. Tanpa nunggu lama lagi, akhirnya aku pun naik angkot tersebut. Perjalanannya ternyata lumayan jauh kalau naik angkot, hampir 40 menit dari tempat aku menginap. Mungkin karena jalurnya yang agak memutar.
Aku menikmati perjalanan ke Ciwidey bersama seorang dedek cantik berseragam putih abu-abu yang tetap asyik bermain hp selama perjalanan. Tak ada sepatah kata pun terucap dalam perjalanan itu. Tidak ada kemacetan berarti selama perjalanan, hanya saja jalanan agak padat merayap.
Angkot tidak penuh sesak sebagaimana sering aku temukan di Surabaya. Karena ada banyak sekali angkot yang saling mendahului dan sering berpapasan dengan angkot tujuan yang sama. Ini yang membuatku merasa lebih nyaman naik angkot di Cimahi / Bandung daripada Surabaya. Angkotnya enggak penuh dan lancar nggak kebanyakan nge-tem.
Aku merupakan penumpang terakhir angkot tersebut, karena aku satu-satunya penumpang yang turun di Terminal tersebut. Ongkos dari tempat aku naik sampai ke terminal kalau tidak salah Rp. 6.000.
Sesampainya di Terminal Leuwi Panjang aku agak bingung karena enggak ada petunjuk arah yang menunjukkan kendaraan umum untuk tujuan tertentu. Jadi kuputuskan untuk berkeliling sendirian untuk melihat kondisi yang ada di terminal ini.
Terminal untuk kendaraan-kendaraan kecil ada sendiri, dipisahkan dari terminal dengan bus-bus besar. Akhirnya kutemukan sebuah pool bertuliskan Elf ke Ciwidey. Tapi yang aku lihat di pool tersebut bukan lah mobil elf seperti yang aku bayangkan, melainkan mobil dengan tipe L300.
Kalau naik elf kan bakalan lebih enak, tetapi karena adanya ya cuma itu akhirnya aku pun naik. Berbeda dengan angkot, mobil ‘ELF’ ini berangkat ketika penumpang sudah penuh, jadi jangan berharap bisa dapat tempat duduk kalau nunggu di luar terminal.
Naik ‘Elf’ mengingatkanku dengan kondisi angkot / bemo di Surabaya. Penumpang penuh dan berdesak-desakan :D. Kebetulan banyak wanita yang naik ‘elf’ tersebut dan banyak yang ngomong pakai bahasa sunda yang banyak tak ku mengerti. Maaf, selama perjalanan ini aku enggak ambil foto sama sekali, karena semua perangkat ada dalam tas dan malas untuk mengeluarkannya.
Perjalanan dari Terminal Leuwi Panjang ke Ciwidey membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Ongkos untuk naik kendaraan ini Rp. 12.000 yang di tarik ketika tiba di salah satu pom bensin di kawasan Ciwidey sebelum terminal. Akhirnya jam 9 tepat aku sudah berada di terminal Ciwidey.
Begitu keluar dari angkot, banyak abang-abang ojek yang menawarkan untuk ke kawah putih. Entah berapa harga yang ditawarkan aku kok jadi agak lupa ya. Aku pun menggeleng karena sudah janjian sama Bang Odie.
Bang Odie baru bisa dihubungi ketik aku sampai terminal Ciwidey dan memintaku untuk menunggu sekitar 15 menit. Akhirnya, setelah 4 x 15 menit, Bang Odie nongol juga -_- . Dan kami pun bergegas menuju beberapa tempat tanpa rencana hari itu
Jalan Jalan di Kawah Putih Kab. Bandung
Sebelum memulai perjalanan wisata hari itu, aku minta untuk diantar ke salah satu warung nasi yang enak, karena dari pagi perut belum terisi makanan apapun selain air putih. Akhirnya berhentilah di salah satu warung padang favorit bang Odie. Belum ada lauk apapun jam segitu selain rendang. Salah satu menu yang pasti aku pilih ketika makan di warung padang :D.
Nasi padang di tempat ini termasuk murah menurutku, harganya sama dengan nasi padang yang ada di sebelah barat aloon-aloon Blitar yaitu Rp. 18.000. Itu pun sudah termasuk tambahan 2 gelas teh tawar dan 1 gelas es teh manis :D.
Untuk menuju kawah putih ada beberapa alternatif, berikut alternatif yang bisa kamu pilih dari terminal Ciwidey ke Kawah Putih.
Naik Ojek (kurang tahu tarifnya berapa)
Naik angkot ke Patenggang, angkot ini bisa berhenti tepat di pintu gerbang kawah putih (kurang tahu juga tarifnya berapa)
Dianter teman (tarifnya silakan nego dengan teman :D)
Perjalanan dari Terminal Ciwidey ke Kawah Putih memakan waktu kurang dari 60 menit, jaraknya enggak terlalu jauh sih cuma jalannya yang berliku khas pegunungan dengan kendaraan yang lumayan padat di akhir pekan. Kurang lebih berikut penampakan rutenya
Perjalanan ke Kawah Putih Naik Motor
Setelah melewati jalan berkelok khas pegunungan akhirnya tiba juga di kawasan wisata Kawah Putih. Langsung parkir di tempat yang sudah disediakan. Meski ada penjaganya enggak ada yang narik karcis dan saat itu aku perhatikan semua yang bawa helm kok di titipkan, seolah-olah itu salah satu hal yang wajib.
Satu-satunya loket yang ada di kawasan parkir itu bukan untuk biaya parkir, melainkan biaya penitipan helm motor. Setelah itu kami berdua berjalan ke terminal ontang-anting yang lokasinya tidak begitu jauh dari parkiran motor.
Ontang-anting ini sejenis bemo / angkot yang di modifikasi sedemikian rupa untuk mengangkut penumpang menuju kawasan kawah putih, karena dari tempat parkir masih memerlukan perjalanan yang lumayan jauh. Roda dua tidak diperkenankan naik, entah apa alasannya. Kalau roda empat ada yang naik, ada juga yang parkir di bawah.
Terminal Ontang Anting Atas
Tiket dan Biaya di Kawasan Kawah Putih
Adapun biaya yang dikeluarkan untuk menikmati kawasan kawah putih antara lain sebagai berikut
Untuk lebih jelas tentang tarif htm dan parkir bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Tiket Masuk Kawasan Kawah Putih
Kata Bang Odie, Kawah Putih emang tempat wisata paling mahal di kawasan tersebut. Tempat lain enggak se-mahal Kawah Putih.
Setelah mendapatkan tiket jalan dikit dan naik ontang-anting (angkot wisata kawah putih) yang terdepan. Karena yang paling depan bakal berangkat duluan. Perjalanan dari terminal bawah ke terminal atas membutuhkan waktu sekitar 15 menit.
Menikmati Dinginnya Kawah Putih
Naik Ontang Anting di Kawah Putih
Sesampainya di terminal ontang-anting atas, ternyata ada banyak sekali orang yang bersliweran dan mobil parkir. Kondisi cuaca juga lumayan dingin. Sepertinya aku salah pagi itu berangkat dengan celana pendek.
Setelah mempersiapkan beberapa hal, ternyata bang Odie mengulangi kesalahan yang sama ketika melakukan perjalanan backpacker ke Bawean. Dia lupa membawa memori card untuk kamera DSLR. Padahal kameranya udah terlanjur dibawa. Jadi useless kan? Parah bener orang satu ini.
Karena dia orangnya cukup narsis, kebutuhan narsisnya bisa terpenuhi dengan kamera xiaomi yi yang aku bawa. Selain terminal, ada sebuah bangunan dari kayu yang berfungsi sebagai pusat informasi. Berikut kondisi di parkiran mobil dan terminal atas kawah putih.
Dari tempat pemberhentian ontang-anting kita masih perlu jalan kaki sejauh kurang lebih 200an meter untuk menuju kawah. Tentunya dengan turunan tangga yang sudah disusun sedemikan apik. Seihngga siapapun mudah untuk melewatinya.
Untuk para lansia, sangat tidak disarankan untuk ikut turun ke bawah, karena sudah disediakan tempat khusus untuk menikmati keindahan kawah putih dari ketinggian. Karena aku masih muda, aku enggak nyoba mengambil hak para lansia untuk menikmati dari ketinggian. Aku pun turun dengan bang Odie.
Turun ke Kawah Putih
Kawah Putih yang Nggak Putih
Begitu turun aku pun jadi mikir, kok bisa ya dinamakan kawah putih? Padahal warna yang aku lihat di lokasi bukan warna putih lho. Warnanya airnya kehijau-hijauan, sedangkan warna tanah di sekitarnya juga enggak putih, cenderung ke kuning. Terus dari mana kok di sebut Kawah Putih?
Cuma sebagai syarat pernah ke Tempat ini
Di kawah putih ada beberapa spot yang bisa membuat kamu kelihatan keren. Selain kawah, kamu juga bisa coba untuk ambil foto di kawasan hutan mati dengan tumbuhan-tumbuhan yang segan untuk hidup maupun mati. Serba nanggung dan nggantung nasib pohonnya.
Hutan Mati di Kawah Putih
Setelah puas menikmati Kawah Putih, akhirnya kami putuskan untuk turun ke bawah. Untuk turun naik ontang-anting yang ada pada antrian terdepan. Jadi enggak harus naik yang sama dengan naiknya. Sesampainya di bawah, kami singgah di salah satu warung untuk ngopi sambil ngobrolin rencana selanjutnya mau kemana lagi. Karena emang dari awal enggak ada fix plan mau kemana aja :D.
Kawasan wisata memang rawan dengan kesadisan penjualnya, oleh karena itu pastikan mampir ke warung yang sudah ada pricelistnya sehingga kantong tetap aman. Setelah istirahat dan menghabiskan yang anget-anget, perlajanan di lanjutkan ke salah satu tempat yang belum begitu populer, simak ceritanya di postingan selanjutnya :D.
Leave a Comment