Beberapa hari lalu aku mengulangi perjalanan ke Sirah Kencong bersama Mas Duval dan Kiki. Perjalanan kedua kali ke Sirah Kencong ini tentunya melengkapi cerita perjalanan yang beberapa bulan lalu sudah aku tulis dengan judul menelusuri hutan sirah kencong.
Bisa dibilang ini perjalanan jelajah blitar etape laweyan – sirah kencong. Karena dalam perjalanan ini aku dateng ke beberapa tempat sekaligus, berangkat dari baru pulang ketika hari sudah gelap. Biar kaya orang kerja gitu :D.
Setidaknya ada beberapa destinasi yang ada dalam satu paket perjalanan wisata di blitar yang sudah kami rencanakan pagi itu, yaitu ke air terjun laweyan, air terjun sirah kencong, candi sirah kencong serta perkebunan teh sirah kencong. Siap mengikuti serunya perjalananku dengan dua orang temanku hari itu? Baca lanjutannya sampai habis yak!
Menikmati Hawa Segar Air Terjun Laweyan
Perjalanan pagi itu kami mulai sekitar pukul 8 pagi menuju air terjun laweyan yang berada di kawasan perkebunan kawisari. Untuk menuju perkebunan ini jalur yang kami ambil antara lain adalah Kota Blitar – Garum – Ngaringan – Gandusari – Semen – Ambil kanan ke arah sirah kencong – Ikuti jalan nanjak hingga masuk kawasan perkebunan Kawisari.
Dari Blitar kota ke daerah Semen kondisi jalannya berupa apal yang masih bagus, tidak ada kesulitan untuk akses. Sedangkan dari Semen menuju Kawisari jalanan campur antara aspal yang sudah rusak dan makadam. Jalurnya masih relatif mudah untuk dilewati.
Sesampainya di pintu gerbang perkebunan kawisari, ada baiknya anda bertanya kepada penjaga pos jalan menuju ke air terjun laweyan kawisari. Karena tidak ada plang petunjuk arah sama sekali untuk menuju air terjun ini.
Menurut perkiraanku sih sekitar 2 km dari pos tersebut ada jalanan turun ke kiri yang bisa dilewati kendaraan roda empat. Dari turunan tersebut jarak ke air terjun sekitar 2 – 3 km. Nanti kamu akan tiba di sebuah jembatan kecil, parkir motor di deket situ dan jalan sekitar 100an meter sudah sampai deh di Air Terjun Laweyan.
Air Terjun Laweyan
Mungkin mirip dengan air terjun di beberapa tempat yang kesannya merembet di tebung berdaun dan tempat ini cukup eksotis. Mungkin bisa digunakan untuk tempat pre wedding di Blitar. Tapi untuk menuju tempat ini ya butuh perjuangan yang tidak gampang.
Kondisi jalan dari kawisari yang relatif mudah turun ke bawah melalui jalanan tanah lempung yang bisa dipastikan akan sangat susah dilewati ketika tanah dalam kondisi basah. Jadi kalau kesini jangan musim hujan yak, daripada nyusahin diri sendiri.
Setelah cukup puas menikmati air terjun laweyan, akhirnya perjalanan kami lanjutkan menuju destinasi selanjutnya, yaitu Perkebunan Teh Sirah Kencong.
Makan Siang di Air Terjun Sirah Kencong
Dari air terjun laweyan membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di perkebunan teh sirah kencong. Jalan setelah lepas perkebunan kawisari merupakan jalan yang menanjak dan bebatuan yang besar. Sepertinya akan diaspal dalam waktu dekat ini, sehingga saat ini jalannya tampak seperti sungai yang sedang kering.
Pastikan kendaraan dalam kondisi prima untuk menuju ke area sirah kencong, selain itu pastikan yang mengendarai motor juga punya jam terbang yang lumayan karena jalannya memang benar-benar sulit. Kemarin aku sempat terjebak di salah satu titik dimana akhirnya kudu ngangkat ban belakang karena nancep di tanah.
Sebelum sampai di kawasan perkebunan, kita akan melewati sebuah proyek pembukaan lahan. Lahan tersebut rencananya akan dibangun pabrik susu greenfield. Tidak terlalu jauh dari lokasi tersebut ada satu spot yang cukup asyik untuk berfoto, karena ada plang perkebunan dengan tulisan ketinggian 1000m dpl. Biar kekinian kaya anak-anak yang suka naik gunung :D.
1000m dpl
Ketika masuk kawasan perkebunan banyak yang sudah berubah, salah satunya adalah lokasi parkir yang berbeda. Dulu setelah pintu masuk ada tempat parkir motor, sekarang di pindahkan di bawah pabrik teh.
Dari tempat parkir motor butuh berjalan kaki sekitar 10 – 15 menit (sekitar 700 meter) untuk menuju ke Air Terjun. Jalan kaki berdebu dan banyak naiknya ini lumayan bisa buat olahraga. Ketika tiba di air terjun, tempat ini tampak lebih terawat dengan beberapa fasilitas berupa tempat duduk dan lingkungannya relatif bersih.
Kawasan Air Terjun Sirah Kencong
Setelah puas mendokumentasikan tempat ini, selanjutnya kami bawa bontotan berupa nasi, blendrang tewel, sambel goreng kentang dan tempe goreng. Mantep! Apalagi ada sound efek berupa gemricik air yang terjun bebas dari ketinggian dan efek 4D berupa angin semilir yang sejuk.
Makan siang di air terjun sirah kencong
Hamparan Kebun Teh di Sekitar Candi Sirah Kencong
Setelah kenyang makan, perjalanan dilanjutkan ke Candi Sirah Kencong yang lokasinya sekitar 1 km dari tempat parkir motor tadi. Tapi tenang aja, motor bisa dibawa sampai deket candi. Kemudian tinggal jalan sekitar 100an meter untuk naik ke candinya. Oh iya, biaya parkirnya itu 3 ribu rupiah untuk satu motor.
Ketika baru nyampek candi, aku malah nemuin sepasang kekasih yang sedang bermesraan 😀 ! Sial banget dah. Temenku masih di bawah semua. Jadi bingung, harusnya mereka yang malu, aku malah juga ikutan malu ngelihatnya :D.
Tidak jauh dari tempat tersebut ada sebuah tempat yang bisa digunakan untuk istirahat. Siang itu aku ketemu sama bapak … (lupa namanya) yang sedang bekerja di tempat tersebut. Pekerjaannya hanya memotongi pohon teh yang menutupi jalan. Supaya para pemetik teh bisa melewatinya. Beliau banyak bercerita tentang perkebunan tersebut, karena memang sudah sekitar 14 tahun bekerja di perkebunan ini.
Pekerjaannya membuat jalan di pepohonan teh
Kami dikira orang televisi, karena melakukan perekaman video, padahal cuma mau bikin video dokumentasi di youtube aja sih.
Perkebunan teh yang sudah dirapikan oleh bapaknya tampak lebih menarik bagiku dibanding ukiran candi yang mungkin peninggalan kerajaan Kediri. Jalan-jalan pemetik teh tersebut yang membuatnya tampak mirip-mirip labirin.
Kebun Teh Sirah Kencong
Jalan tersebut dibuat dengan jarak 2 pohon teh, Jadi setiap dua pohon teh dibuatkan jalan untuk para pemetik teh. Beruntung kami datang di saat yang tepat, karena jalan tersebut juga baru saja dibuatkan sama bapaknya :D.
Kebun Teh Sirah Kencong
Setelah cukup lelah mencari footage video dengan model yang super duper endel pake banget :D. Kami bercengkrama dengan bapaknya yang juga sudah selesai bekerja hari itu dan hendak pulang. Akhirnya banyak misteri yang jadi pertanyaanku terungkap dari obrolan singkat tersebut.
Listrik dari Mana?
Ternyata pabrik teh tersebut telah membuat turbin air yang digunakan untuk menyalakan listrik. Ketika musim kemarau seperti ini, ketika pabrik sedang melakukan proses produksi teh listrik di perumahan warga sengaja dimatikan, karena listriknya enggak kuat. Tapi kalau musim hujan, meskipun pabrik sedang produksi tetap nyala semua.
Sayangnya aku lupa nanya, bayar berapa untuk listriknya, apakah memang difasilitasi oleh perkebunan?
Pabriknya kok Kelihatan Sepi Enggak Ada Apa Apa?
Ternyata pabrik tehnya beroperasi ketika malam hari, sehingga kalau siang cenderung terlihat sepi. Proses produksi di siang hari kurang efektif. Pantesan, dua kali datang ke tempat ini enggak pernah menemukan kehidupan berarti di kawasan pabriknya.
Apa ada Jalan Lain Menuju Sirah Kencong?
Sebuah pertanyaan yang tercetus ketika melihat sebuah percabangan menuju kawasan pelebaran tanah adalah apakah ada jalan lain? Jawabnya ADA! Kata bapaknya itu jalan yang sebenarnya, kalau lewat kawisari itu jalan trabasan karena lebih cepat. Tapi untuk saat ini jalan satunya aksesnya lebih mudah. Kalau mau mampir ke air terjun laweyan ya mau nggak mau kudu lewat kawisari.
Apakah Ada Villa atau Penginapan di Sirah Kencong?
Ada sebuah villa milik perkebunan yang bisa disewa, untuk masalah sewa menyewa bisa menghubungi di perkebunan yang ada di bantaran, wlingi. Untuk fasilitas dan harga, bapaknya enggak ngerti 😀
Pulang Melalui Jalur Lain
candi sirah kencong
Setelah puas ngobrol macem-macem akhirnya kami pamit pulang, bapaknya juga ikut pulang karena kerjaannya juga sudah selesai. Sebelum pulang kami mampir ke salah satu warung yang ada di dekat masjid untuk menikmati mie rebus plus telor sekalian bersantai lagi sambil ngobrolin perjalanan singkat hari ini.
Akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 16.00, kami harus bergegas untuk pulang supaya tidak terlalu malam ketika sampai rumah. Karena kami belum pernah melewati jalur baru ini dan tembusannya mana juga belum tahu.
Untung masih bisa menghentikan motor ketika rem belakang sudah ngeblong gegara per nya lepas. Sehingga tidak terjadi kecelakaan. Itu sebabnya aku peringatkan untuk yang mau naik, pastikan kendaraannya benar-benar siap. Karena kaitan rem ke pijakan rem motorku lepas sehingga remnya blong. Untung lepasnya di saat jalan turunannya enggak terlalu curam, cukup dengan dua kaki dan sedikit rem tangan bisa membuat motor berhenti.
Setelah menelusuri jalanan turun, ternyata melewati perkebunan sengon dan tembus didaerah wlingi. Bisa sampai kawedanan. Karena tau jalan potongan, akhirnya kami putuskan untuk belok memotong sungai ke arah Blitar kota melewati Talun.
Kemarin aku lupa buat ngetrack rute pulangnya, setelah googling ternyata nemu juga dari yuksepedaan.wordpress.com, jadi kurang lebih beginilah rute yang aku lewati kemarin
dapet dari yuksepedaan.wordpress.com
Mungkin itu dulu cerita perjalanan ke perkebunan kawisari dan sirah kencong beberapa hari yang lalu. Sekarang waktunya malem mingguan 😀 . Kalau bingung mau kemana aja waktu di blitar coba cek di mblitar.net ada banyak referensi yang bisa kamu kunjungi kalau di Blitar
Dateng aja mas, gratisan kok :D, dan sepertinya laweyannya ini enggak bakal jadi komersil soalnya ada di kawasan perkebunan milik swasta. Kalau yang sirah kencong mulai ada warung-warung, jalannya juga udah diperbaiki hehe. Cuma jalan menuju lokasinya yang sadis
Leave a Comment