2 Hari sebelum keberangkatan aku pun langsung coba beli tiket kereta api online karena males buat ke stasiun dan antri macem-macem. Enak di rumah langsung dapat tiketnya. Akhirnya H – 2 aku dapet tiket Malabar untuk kelas Bisnis dengan harga Rp. 270.000
Ada baiknya baca tips naik kereta api dulu sebelum membeli tiket.
Naik Kereta Api Malabar Blitar – Bandung
Malabar merupakan kereta api yang melayani rute Malang – Bandung. Kereta api dengan rangkaian gerbong ekonomi – bisnis dan eksekutif ini jadi salah satu pilihan buat kamu yang mau bepergian ke Bandung maupun Jogja dari Malang. Aku kadang juga naik kereta ini, tapi kalau bisa naik malioboro ekspress mending naik itu deh.
Menurut jadwal, perjalanan kereta api Malabar dari Blitar menuju Bandung dimulai pada pukul 17.46 WIB dan dijadwalkan tiba di stasiun Bandung pada pukul 08.25 WIB. Kalau di total, perjalanannya membutuhkan waktu sekitar 14 jam. Ini merupakan perjalanan terpanjangku naik kereta api. Karena sebelumnya paling jauh naik kereta api itu cuma ke Jogja :D.
Baca : Naik Kereta Api Gajayana Luxury
Seperti biasa, aku datang ke Stasiun selalu lebih awal, paling tidak 30 menit sebelum kereta berangkat aku sudah tiba di Stasiun. Salah satu alasan dateng ke tempat ini cuma untuk lihat jadwal maupun informasi lain terkait kereta api, maupun melihat kegiatan orang di stasiun kereta yang menurutku menarik.
Sore itu aku sudah masuk ke peron pada pukul 17.00 dimana senja mulai tampak indah di ufuk barat. Aku pun sempat mengabadikan moment senja sebelum meninggalkan Blitar.
Senja di Stasiun Blitar |
Bagaimana? Cantik bukan senja di stasiun? Enggak perlu jauh-jauh kalau cuma mau menikmati sunset. Di sekitarmu aja banyak kok tempat yang bagus. Setelah matahari terbenam, azan mulai berkumandang. Kereta Malabar belum juga menampakkan diri. Ini merupakan sebuah kesempatan untuk yang mau menunaikan ibadah sholat magrib yang di jama’ dengan isya’.
Akhirnya kereta tiba dengan sedikit keterlambatan dari jadwal yang sudah tercantum di tiket. Aku duduk disebuah bangku dengan seorang wanita Bandung yang sudah lama tidak merasakan naik ke kereta api. Seorang wanita muda yang menarik dan sayangnya sudah bersuami :D. wakakakakak.
Aku enggak terlalu banyak mengobrol, tapi ada sebuah kesamaan ketika kami saling bercerita tentang suasana pedesaan yang sama-sama kami rindukan. Dia juga ingin mencoba untuk menjadi seorang petani yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri. Menanam padi dan sayuran untuk digunakan sendiri. Aku pun juga punya mimpi seperti itu.
Aku heran ketika tanya harga tiket, mbaknya kok bisa dapet tiket dengan harga 225rb ya? Padahal sebangku sama aku dan di online pun pilihannya untuk bisnis paling murah 270rb. Sedangkan ekonomi paling mahal 250rb.
Aku sempat berkontak dengan Mas Hiza selama perjalanan, dan ternyata tanpa janjian pun kami dipertemukan lagi di kereta tersebut meski berbeda gerbong. Jadi intinya kami ada dalam kereta yang sama dengan tujuan yang sama.
Kami bertemu ketika sampai di Stasiun Cipeundeuy, ketika kereta cukup lama berhenti entah untuk apa. Sepertinya memang sengaja istirahat untuk mengisi pasokan air di kereta api yang menipis setelah semalaman melakukan perjalanan.
Pagi itu aku benar-benar menikmati pemandangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya, pemandangan dimana kereta api membelah pegunungan di tanah sunda yang cukup eksotis. Enggak perlu jauh-jauh ke Ubud kalau cuma mau lihat terasiring, di tanah sunda punya banyak :D.
Pemandangan Pegunungan di Tanah Sunda |
Aku cuma bisa mengabadikan pemandangan indah ini di balik jendela kereta api yang agak buram. Tapi aku berhasil merekam kegiatan para penduduk di sekitar rel pagi itu, para pelajar sekolah yang berjalan kaki, naik motor tanpa helm dan beragam kegiatan menarik lainnya. Cukup menarik untuk diamati bagiku.
Turun di Stasiun Kiaracondong Bandung
Kereta api lokal di Bandung |
Leave a Comment