Senja yang murung di Pura Agung merupakan lanjutan cerita sebelumnya, masih di hari yang sama dengan perjalanan dalam pencarian Sumber Dandang di area Rambut Monte. Sore itu diajak Mas Andi untuk ikut menikmati sunset di Pura Agung,
Mumpung ada rombongan HMPI yang dia antarkan, sekalian bisa nebeng buat masuk pura. Enggak enak kalau sendirian ke Pura cuma niatnya foto-foto, apalagi kalau ada orang ibadah di dalamnya. Pekewuh kalau pinjem istilahnya orang jawa.
Aku enggak begitu tahu nama sebenarnya Pura Agung yang aku tuju ini, yang jelas aku cuma manut katanya nama pura ini adalah Pura Agung. Dari Rambut monte lokasinya enggak terlalu jauh, sekitar 1 – 3 km saja dengan jalanan yang agak naik.
Pemandangan di bawah pura ini keren, area persawahan yang ditata sedemikian rupa mengikuti kontur tanah. Biasanya orang menyebut model tatanan seperti ini adalah terasiring. Sesampainya di pertigaan bawah pura, ternyata para mahasiswa yang jumlahnya hampir 60 orang itu dinaikkan bak truk 😀
Hamparan Terasiring di Kaki Gunung Kelud
Setelah naik sedikit, ternyata bener-bener keren lho pemandangannya. Hamparan terasiring yang terbentang begitu luas dengan latar belakang Gunung Kelud yang menjulang tinggi. Awesome lah pokoknya!
Setelah cukup puas di spot pertama ini, aku lanjut naik keatas untuk masuk di kawasan pura yang lebih tinggi dari spot pertama. Ornamen budaya khas hindu yang identik dengan Bali tampak menghiasi gerbang.
Setelah masuk lagi, akhirnya aku menemukan sebuah tanah yang cukup lapang dan sebuah pintu gerbang lagi dimana tempat orang sembayang.
Aku enggak seberapa paham dengan model bangunan pura, jadi enggak mau komentar banyak takut salah. Cuma mau berbagi foto yang menurutku keren aja sih di pura agung ini. Saat itu ada orang yang sedang sembayang, aroma khas dari dupa cukup wangi semerbak. Meski si Jihan merasa pusing dengan bau tersebut, tapi enggak buatku :D.
Setelah itu turun ke pintu gerbang lagi untuk menikmati sunset yang bakal keren. Sayangnya sore itu matahari enggan menampakkan dirinya, sehingga enggak dapet deh sunset keren di tempat ini. Padahal gunung kelud sudah begitu machonya untuk aku ambil gambarnya.
Meski Mas Andi dan para mahasiswanya masih menunggu sunset, karena jam sudah menujukkan pukul 05.30 akhirnya kuputuskan untuk segera balik, karena habis magrib kudu pergi ke Penataran. Sebenernya sih ini udah molor banget dari itenary yang kurancang siang tidak, tapi ya gak masalah sih. Enjoy aja buat jalan-jalan :D.
Habis ini blogpostnya bakal bahas tentang sebuah event rutin sekian bulanan di Blitar yang bernama Purnama Seruling Penataran. Kenapa sekian bulanan? Karena jadwalnya sampai saat ini juga belum tahu kapan ada lagi.
Leave a Comment