Sudah pernah mencoba berkunjung ke tempat wisata sekitar stasiun Blitar? Gak nyangka kalau ternyata dalam radius kurang dari 3km ada banyak tempat menarik yang bisa kamu kunjungi. Gak heran kalau di hari Minggu cukup banyak turis nglaju ke kota Blitar. Datang dengan kereta api penataran / dhoho pertama dan kembali ke kota asalnya naik kereta terakhir
Wacana untuk menyusuri tempat wisata sekitar stasiun Blitar dengan berjalan kaki sebenarnya sudah cukup lama ada. Semenjak ketemu, ngobrol dan mengantar mbak Ulu jalan-jalan ke Makam Bung Karno dan Istana Gebang pada tahun 2018 lalu.
Akhirnya wacana tersebut terwujud bersama Niswa dan Adit beberapa hari lalu. Terakhir bertemu Niswa di Jakarta sepulang jalan-jalan di Palembang pada tahun 2018 dan melakukan perjalanan naik ke lantai tertinggi perpustakaan nasional di Jakarta.
Titik Kumpul Stasiun
Untuk menghindari panas ketika siang, kami putuskan untuk memulai perjalanan dari Stasiun Kota Blitar pada pukul 6 pagi. Kenapa stasiun? Ada tempat parkir yang aman dan memiliki lokasi strategis untuk menjangkau berbagai tempat menarik di kota Blitar.
Kami keluar dari pintu barat stasiun. Sudah setahun belakangan ini pintu keluar masuk penumpang diatur sedemikian rupa. Pintu timur hanya boleh untuk masuk saja, sedangkan keluarnya melalui pintu sebelah barat. Di persimpangan jalan mastrip kami menuju ke barat menuju jalan anggrek.

Dari pertigaan antara jalan mastrip dan anggrek, kita bisa mengambil gambar dremolen / bianglala. Pemandangan bianglala ini sebenarnya jauh lebih apik kalau diambil di sore hari dari sisi timur. Karena kita bisa menikmati sunset di pusat kota dengan siluet bianglala yang cantik.
Dari pertigaan jalan anggrek, kami mengambil arah ke utara. Karena Niswa pengen mampir klenteng yang ada di kawasan Pecinan kota Blitar.

Kawasan Pecinan Blitar
Dari persimpangan Jl. Merdeka, kami mengambil rute ke barat menuju klenteng yang ada di ujung jalan. Jalan Merdeka merupakan salah satu kawasan pusat pertokoan yang ada di Kota Blitar. Bisa dibilang, pusatnya kota Blitar ya ada di sepanjang Jl. Merdeka

Pusat pertokoan masih tutup di hari sabtu pagi sekitar pukul tujuh kurang. Pada umumnya, pertokoan buka di atas pukul delapan. Di kawasan ini masih banyak bangunan pertokoan jadul yang menarik. Ini yang membuat Mak Ulu dari Bandungdiary memintaku untuk berhenti beberapa kali ketika mengantarkannya keliling sembari menunggu kereta api berangkat ke Bandung.

Tidak jauh dari pertokoan ini terdapat sebuah gang sempit yang diberi nama Kampung Nirwana Boclent. Gang ini pernah digunakan sebagai lokasi syuting Webseries Yakin Nikah Season 3 setahun lalu. Selengkapnya bisa membaca artikel Lokasi Syuting Yakin Nikah Season 3 di Blitar.

Setelah menengok toko betet yang pernah menjadi lokasi syuting setahun silam, perjalanan berlanjut ke Klenteng Poo An Kiong.
Klenteng Poo An Kiong

Klenteng Poo An Kiong sudah berdiri sejak tahun 1800an dan masih digunakan untuk beribadah sampai saat ini. Di bagian depan terdapat gerbang yang cukup megah dengan dominasi warna merah.
Memasuki pelataran klenteng, terdapat sebuah Pagoda bertingkat delapan yang digunakan untuk membakar kertas berwarna keemasan. Tampak abu sisaa-sisa pembakaran terdapat bagian dalam pagoda ini.

Terdapat dua singa batu berwarna hitam yang bereada di pintu masuk bangunan utama. Seakan keduanya menjaga sebuah bejana berwarna emas dengan ornamen naga yang menjadi tempat meletakkan hio. Kami tidak masuk lebih dalam lagi, tetapi mengobrol dengan pengurus klenteng di halamannya
Oh iya, dulu sering ada pementasan wayang potehi di klenteng ini. Namun karena masih dalam situasi pandemi, belum ada pentas wayang potehi sampai saat ini. Mungkin ketika situasi sudah membaik, akan ada pentas wayang potehi lagi.
Setelah cukup lama berhenti dan ngobrol dengan pengurusnya, akhirnya kami melanjutkan perjalanan kembali ke timur menuju titik nol kilometer Blitar.
Titik Nol Kilometer Blitar

Berjalan menyusuri jalan Merdeka dari sisi barat menuju timur membuat saya sadar kalau masih banyak bangunan jadul di sepanjang jalan ini. Baik yang masih terawat maupun yang sudah mangkrak. Belum banyak bangunan yang berubah menjadi kekinian.

Di beberapa titik masih ada etalase penjual emas di emperan toko yang sudah siap untuk buka pagi itu. Sayangnya pagi itu saya tidak berhasil menemui empu pemilik etalase ini. Mungkin bapaknya masih mandi dan meninggalkan peralatannya di emperan toko. Entahlah
Selain bangunan megah, masih ada bangunan-bangunan kecil nan aestetik untuk tema instagram vintage. Cocok buat dedek-dedek gemes yang mau sekadar foto-foto ootd vintage tanpa perlu bayar lokasi. Salah satunya di depan toko jam ini

Titik Nol Kilometer Blitar berada tidak jauh dari Toko Seiko ini. Hanya beberapa puluh meter di sebelah timurnya. Tepat berada di depan toko isabel (kalau nggak salah). Jika hanya lalu lalang di Jalan Meredea Kota Blitar saja mungkin nggak akan sadar bahwa ada tugu nol kilometer yang mungil.
Memang tidak sebesar titik nol kilometer di Banyuwangi yang pernah aku kunjungi. Mungkin karena lokasinya memang nggak bisa dibangun sembarangan. Depan toko orang cuy. Kalau tugunya besar, nutupin tokonya orang dong :)). Berikut penampakan titik nol kilometer Blitar.

FYI aja, titik nol kilometer adalah sebuah penanda jarak pusat kota ke kota lainnya. Seperti pada tugu nol kilometer Blitar ini yang menandakan jarak dari Blitar ke Surabaya adalalah 169km.
Toko Roti Orion Blitar
Tidak jauh dari titik nol kilometer Blitar terdapat sebuah toko roti legendaris, yaitu Toko Orion. Sepengeteahuanku, toko roti legendaris ini hanya ada di Blitar, Solo dan Kediri. Bisa dilihat dari logo toko yang berupa acungan jempol.

Sayangnya, toko orion di Blitar sudah enggak sevintage dulu lagi. Kini disulap menjadi kafe sekaligus bakery shop dengan nuansa yang mewah. Namun roti semir dan roti montor tetap menjadi roti favorit ketika berbelanja roti di toko ini.
Mungkin kamu punya menu lain?
Aloon Aloon Blitar

Berjalan kaki beberapa puluh meter ke timur kami sampai di Aloon-Aloon Blitar. Tempat dimana kami beristirahat sejenak sembari menikmati camilan roti orion yang sudah dibeli sebelumnya. Meskipun angin sepoi-sepoi di pagi hari, pengunjung harus tetap waspada karena kalau apes dapat bonus dari burung yang beterbangan hingga hinggap di pohon beringin sekitar aloon-aloon.

Ada banyak orang yang memanfaatkan Aloon-Aloon Blitar untuk beraktivitas pagi. Mulai dari yang jogging mengelilingi aloon-aloon, menggunakan fitnes center yang berada di sisi timur, hingga momong anak. Ngomongin mata angin, membuatku Macapat yang dirumuskan oleh Sunan Kalijogo.
Macapat artinya tata cara yang didasarkan pada jumlah empat. Seperti halnya tata kota yang ada di wilayah Blitar dan beberapa daerah lain. Dimana aloon-aloon selalu berada di tengah dan diapit oleh Masjid yang berada di sebelah barat, kantor pemerintahan di sebelah selatan, penjara di sebelah timur dan pasar di sebelah utara.
Mungkin memang sedikit berbeda kalau di Blitar, karena kantor pemerintahan menghadap ke utara membelakangi gunung dan menghadap ke arah laut yang menjadi simbol bahwa pimpinan harus meninggalkan sifat sombong dan memiliki hati yang luas bak samudera.
Di sebelah utara Blitar merupakan Gunung Kelud dan Samudera ada di sebelah selatan. Alasan itu yang mungkin membuat berbeda. Sehingga pendopo dan kantor Bupati ada di sebelah utara dan dulunya ada pasar di sebelah selatan Aloon Aloon Blitar yang kini sudah berubah menjadi Taman Pecut.
Stasiun Blitar
Setelah istirahat cukup, kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun Blitar untuk mengambil kendaraan yang diparkir di sana. Terpaksa mempercepat durasi perjalanan gegara aku ada kelas story telling yang dimulai pukul sembilan pagi. Padahal rencananya akan melanjutkan perjalanan ke Istana Gebang sembari berjalan kaki.
Dari Aloon Aloon Blitar ke Stasiun hanya butuh waktu kurang dari lima menit. Tinggal jalan kaki ke selatan melewati bank BNI dan sampai di STIEKEN serta Pasar Wage. Ambil rute ke barat sampai Kantor Pos dan tibalah di Stasiun Blitar yang berada tepat di sebelah barat Kantor Pos.

Di dinding sebelah utara terdapat gambar ilustrasi unyuk petugas kereta api dengan tagname Pandu. Nggak tanggung-tanggung lho, ada dua orang sekaligus dengan tagname tersebut. Aku kan jadi GR :)).

Meskipun jalan kaki sudah usai, perjalanan jajannya masih ada lho :))
Sarapan Cap Go Meh
Awalnya Niswa ingin sarapan nasi pecel Blitar. Maklum, selama di Jakarta, belum menemukan pecel Blitar yang autentik. Biasanya ia dapatkan kiriman sambel pecel dari Ibunya yang di Blitar. Buat teman-teman yang pengin sambel pecel Blitar, bisa beli di Tokopedia. Masa iya minta kiriman dari Ibuknya Niswa?
Jujur aku bingung nasi pecel favorit di Blitar itu yang mana, menurutku kurang lebih hampir sama. Aku punya beberapa tempat langganan, namun karena waktu yang mepet. Nggak nuntut buat datang ke sana. Mau ke Soto Bok Ireng kok ya nggak terlalu suka sama Jeroan.
Akhirnya aku ajak Niswa dan Adit ke Depot Sri Rejeki yang ada di kawasan pasar legi. Anggap aja merayakan perbedaan setelah mendapatkan petuah ketika jalan-jalan ke Klenteng Poo An Kiong. Lokasinya berada di sebelah selatan Klenteng sih, tapi kita datagnya bawa motor..
Menurutku, Lontong Cap Gomeh di Depot Sri Rejeki ini merupakan cap gomeh paling enak di Blitar. Kalau kamu punya rekomendasi warung lain di Blitar yang rasanya lebih mantap, tulis ya di kolom komentar. Kapan-kapan aku samperin.

Porsi lontong, daging ayam, sayur bung dan bubuk kedelainya benar-benar sempurna. Beruntunglah aku yang sedang berusaha untuk mengurangi asupan kalori demi terbentuknya badan yang semlohai :)). Rasanya memang sepadan dengan harga 15ribu yang harus dibayar untuk seporsi lontong cap gomeh.
Ngopi di Ruang Tuang
Setelah selesai sarapan, kami berpisah. Aku menuju ke Ruang Tuang untuk numpang wifi mengikuti kelas story telling, sedangkan Niswa dan Adit melanjutkan perjalanan ke Istana Gebang dan nanti akan menyusul ke Ruang Tuang.
Meski kedai kopinya belum buka, asal mau menerima apa adanya tetap bisa numpang nongkrong kok. Syaratnya udah harus sering nongkrong di Ruang Tuang dan kebetulan pas ada orang di kedai. Awalnya aku pikir kelas story tellingku selama empat jam akan santai sebagaimana webinar pada umumnya
Ternyata, aku hampir nggak bisa meninggalkan laptop sama sekali, karena kelasnya bener-bener padet dan penuh dengan praktik. Sehingga ketika Niswa dan Adit datang, aku enggak bisa menemani ngobrol lama. Namun sempat untuk berfoto bersama ketika mereka pulang sambil membawa kopi bubuk asli Blitar yang di roasting di kedai ini.

Sedangkan aku? Masih melanjutkan sesi kelas online sampai pukul setengah dua siang ditemani dengan secangkir hot chocolate.
Mungkin next time mau nyoba jalan-jalan lagi dengan rute yang lebih panjang. Mau join?