panduaji

Kategori: Dolan

Pemandangan Hutan Karet Jalur Utara Pati – Jepara via Tayu #solotrip

Diperbarui:

Sebagai bagian dari komitmen kami terhadap transparansi, beberapa link di situs kami adalah link afiliasi. Artinya, tanpa biaya tambahan untuk Anda, kami mungkin mendapatkan komisi jika Anda memutuskan untuk melakukan pembelian melalui link tersebut. Komisi ini membantu kami membiayai keberlangsungan blog ini.

Setelah istirahat semalam di rumah Ajib, keesokan paginya kami berdua jalan-jalan keliling daerah Trangkil, Pati. Ternyata suasana pagi di daerah ini benar-benar nyaman. Hamparan sawah dan kebun tebu berwarna hijau di kaki gunung Muria ini benar-benar memanjakan mata.

Gunung Muria di Pati
Gunung Muria di Pati

Sebagian dari kebun tebu yang terhampar luas di daerah ini merupakan milik Pabrik Gula Trangkil yang merupakan BUMN. Pagi itu, Ajib mengajakku untuk menengok kemegahan bangunan pabrik gula yang terbesar di Pati ini.

Pabrik Gula Trangkil Pati
Pabrik Gula Trangkil Pati

Aku suka lihat bangunan semacam ini. Kelihatan megah dan keren. Secara bentuk, pabrik gula ini enggak jauh beda dengan pabrik yang ada di daerah Malang. Mungkin ada sebuah template khusus untuk seluruh pabrik gula di Indonesia ya. Tapi entahlah, aku juga enggak tau

Pertandingan Tinju Kelas Dunia yang Enggak Asyik

Daerah Trangkil ini merupakan sebuah kawasan santri, ada banyak pondok pesantren di daerah ini. Pantesan, pagi itu kami melihat beberapa pelajar berseragam lengkap tampak seperti mau berangkat sekolah. Ternyata mereka merupakan siswa di pondok pesantren. Gimana enggak, lha wong sama Ajib dilewatkan pondok tempatnya sekolah dulu. Di pondok pesantren, hari libur bukanlah hari Minggu seperti sekolah-sekolah konvensional, tetapi hari Jum’at. Jadi meskipun hari itu minggu dan ada pertandingan tinju kelas dunia, enggak ngaruh sama sekali.
Sesampainya di rumah, acara tinju kelas dunia segera dimulai. Sebenernya enggak terlalu suka dengan acara tinju, tapi karena serumah Ajib suka nonton, jadi ikutan nonton :D. Meski tinju mulai jam 9 pagi, tetapi untuk partai utama antara Mayweather vs Pacman pasti main belakangan. Dan itu benar, sebelum partai utama, ada dua kalau gak tiga pertandingan pembuka. 
Mayweather vs Pacquiao
Mayweather vs Pacquiao
Langsung skip ke pertandingan utama deh. Kalau gak salah partai utama ini mulai pukul 10 lebih. Kesan pertama lihat Mayweather adalah ngguateli, enggak tau kenapa waktu liat itu langsung enggak suka. Sok cool dan sebagainya. Berbanding terbalik dengan Pacman yang murah senyum dan terlihat ramah.
Setelah 12 pertandingan melihat, sama sekali enggak ada asyiknya. Mayweather lari terus dari kejaran Pacman. Aku bener-bener gregetan sama si Mayweather. Lepas dari strategi untuk memenangkan pertarungan, aku liat ini sih enggak pantes untuk pertandingan kelas dunia. Bertahan dan lari merupakan hal yang dominan dari Mayweather siang itu. Meski menurut juri Mayweather menang, tapi kalau menurutku sih Pacquiao yang menang. Dia bisa bermain cantik dalam menekan Mayweather. Duh, kaya jadi komentator tinju aja, padahal baru kali ini nontonnya niat banget :D.
Setelah pertandingan usai, aku bersiap melanjutkan perjalanan menuju Jepara. Ada dua alternatif yang bisa kupilih. Naik bis Semarang dan turun Kudus untuk oper ke Jepara atau melewati Tayu dengan memutar ke utara. 

Melanjutkan Perjalanan ke Jepara Melalui Tayu

Akhirnya aku meninggalkan rumah Ajib untuk menuju terminal Pati. Belum terlalu jauh dari rumah aku merasa ada yang ketinggalan. Dan ternyata benar, kamera sjcam4000 yang aku cas, ternyata ketinggalan di rumah Ajib. Langsung deh puter balik untuk ngambil. Di perjalanan aku lihat beberapa warung bener-bener ramai penuh sesak, padahal tulisan di warungnya adalah PETIS, tapi kok ya rame banget gitu ya? Jadi keinget cerita +Fauziah Ramadhani tentang petis yang jadi camilan sehari-hari.
Setelah tanya Ajib, ternyata petis di Pati bukanlah seperti yang ada di Jawa Timur berwarna hitam. Di Pati, petis merupakan sebuah makanan semacam gule dengan bahan dasar tepung beras. Karena enggak mampir, aku enggak bisa cerita detailnya.
Biar sah kalau sudah main ke Pati, enggak ada salahnya mampir ke Aloon Aloon untuk sekedar foto di tempat paling iconic, yaitu kantor bupati :D.
Kantor Bupati Pati
Kantor Bupati Pati
Dari kantor bupati, aku diantar menuju terminal Bis Pati. Sebuah terminal Bis kecil dimana mayoritas bis yang ada adalah bis mini. Aku enggak nemu bis jurusan Pati Kudus selain jurusan Semarangan yang bener-bener penuh sesak. Akhirnya kuputuskan untuk naik bis jurusan Jepara yang melalui Tayu.

Menembus Hutan Karet Berujung Kecewa 

Ketika aku bertanya pada kernet bis yang akan aku tumpangi, apakah bis ini sampai Jepara. Jawabannya iya. Tanpa ragu aku langsung naik dan duduk di bangku terdepan yang masih kosong. Perfect place! Sebuah posisi paling asyik untuk menikmati perjalanan. Setelah bis berangkat dari terminal, ternyata masih nge-tem di salah satu sudut jalan untuk menunggu bis jurusan lain datang dan menurunkan penumpang. Siapa tahu ada yang oper naik bis mini jurusan Jepara melalui tayu ini.
Bus berjalan perlahan keutara dengan memutari Gunung Muria. Di sepanjang perjalanan penumpang naik turun, hingga akhirnya hujan pun turun dengan derasnya. Saat itu bis sudah sampai di daerah perkebunan karet. Warna hijau yang terkena hujan memang memberikan kesan tersendiri sore itu. Agak susah untuk mengambil foto karena jalanan yang dilalui bergelombang
Hujan di Hutan Karet
Hujan di Hutan Karet
Enggak salah apa yang dibilang Ajib, pemandangan lewat sini bener-bener bagus. Apalagi perbukitan dan hamparan sawah menghijau yang cukup luas. Pengennya sih lewat sini kalau ke Jepara lagi. Jalan berkeloknya enggak sebanyak ketika aku solo trip ke Pacitan.
Hari sudah semakin sore, ternyata tinggal aku sendiri penumpang di bis mini tersebut. Dan secara tiba-tiba kernetnya mengembalikan uang 5 ribu dan bilang kalau Bisnya enggak jadi ke Jepara dan cuma berhenti di Bangsri. Selain itu bilan di belakang masih ada 1 bis lagi jurusan Jepara. Padahal di terminal bis, untuk jurusan Jepara cuma mengeluarkan uang 20 ribu rupiah, tapi aku kena 25 ribu. Males berdebat, akhirnya aku pun turun di Pasar Bangsri dan menunggu bis selanjutnya menuju Jepara.

Naik Ojek Bangsri – Jepara

Setelah setengah jam menunggu, sayup-sayup suara orang mengaji terdengar dari corong-corong mesjid. Akhirnya aku ngobrol dengan salah satu tukang parkir yang enggak jauh dari tempatku menunggu. Setelah bertanya, tukang parkir tersebut bilang kalau bis ke Jepara sudah enggak ada mas. Tadi terakhir jam empat sore, kalau pas rame baru ada sampai jam 5. 
Duh, apes kan, gara-gara lihat mayweather sama pacman ini. Jadi kehabisan bis. Akhirnya bapak tersebut menawarkan ojek sampai ke Jepara cuma bayar 30 ribu saja. Setelah lihat jarak dari Bangsri ke Jepara yang lumayan jauh, akhirnya aku putuskan untuk naik ojek. Itu pun tanpa helm.
Sempat berhenti di jalan karena hujan dan memakai jas hujan. Setelah hampir setengah jam naik motor, akhirnya sampai juga di pelabuhan Jepara. Kapal baru berangkat besok, dan sore itu aku sudah booking satu kamar di homestay Kotabaru yang terletak di kawasan pantai Kartini. 
Begitu masuk kawasan Pantai Kartini hujan langsung turun dengan derasnya. Untung saja aku bawa payung yang lumayan membantu dari kebasahan hujan malam itu. Sampai di homestay, hape berbunyi dan penjaga homestay tanya. Mau check in jam berapa mas? Langsung saja balas, ini baru masuk homestay mas. Lumayan sih jalan dari pintu gerbang menuju homestanya. 300an meter lah. Malam itu aku beristirahat di homestay kotabaru Jepara sebelum menyebrang ke Karimunjawa keesokan paginya.
Homestay Kotabaru Jepara
Homestay Kotabaru Jepara
Shopee Lovember

Leave a Comment