Jam sudah menunjukkan sekitar pukul 23.00 ketika kami sampai di Loksado. Udara lebih dingin daripada di Kandangan namun tidak membuatku menggigil karena tidak beda jauh dari udara di Blitar malam itu.
Aku suka sama rumah panggung Kak Ratna, tidak ada campur tangan semen dalam rumah ini, semua terbuat dari kayu. Bahkan meski kelesotan di lantai tidak membuatku merasakan tanda-tanda masuk angin. Malah beneran-bener nyaman dan ingin segera terlelap.
Perbincangan antara Kak Farida, Kak Elis dan Kak Ratna membuatku setengah bengong karena mereka menggunakan bahasa banjar, sedangkan aku hanya paham beberapa kata yang menyerupai bahasa Indonesia. Ini pertemuan pertama mereka setelah hampir sepuluh tahun tidak ketemu.
Selamat Pagi Loksado!
Selama di Borneo, tidur di dalam rumah panggung di Loksado merupakan tidur paling super duper nyaman! Aku bangun sekitar pukul 05.30, kalau di Jawa ya sekitar pukul 04.30. Udara pagi yang cukup dingin ini benar-benar menyegarkan.
Sheva dan Shena
Pagi itu kedua anak Kak Ratna sudah bangun, Sheva semalam sudah ikut perjalanan denganku dari Kandangan ke Loksado sedangkan seorang lagi yang masih kecil bernama Shena. Aku kaget begitu dia bangun, dia menghampiri dan memelukku. Well, sebuah kesan yang cukup aneh menurutku, karena si Shena ini belum pernah ketemu denganku sama sekali tapi kok enggak takut malah minta gendong.
Ngemong Shena
Akhirnya pagi itu kami berjalan-jalan di sekitar rumah. Nongkrong diatas jembatan gantung yang terus berayun ketika ada kendaraan lewat sambil menghirup udara pagi khas pedesaan yang aku rindukan.
Anjing di Jembatan
Mayoritas masyarakat di Loksado ini non muslim, jadi tidak heran ketika menemukan banyak sekali anjing yang berkeliaran. Salah satunya yang menghadangku ketika sedang di jembatan gantung.
Sebelum berangkat untuk mengarungi Sungai Amandit, kami sarapan di rumah Kak Ratna. Dari situ aku baru tahu kalau memang budaya orang sana itu makan pakai tangan. Meskipun makan menggunakan sayur. Begitu kata kak Elis. Pantesan Mbak Nia itu nantang aku buat makan ketupat kandangan pakai tangan :D.
Dari Kiri, Kak Ratna, Shena, Sheva, Kak Farida dan Aku
Ketika semua sudah siap, kami menunggu Kak Elis yang masih entah ngapain di emperan rumah panggung Kak Ratna. Setelah semua siap, kami berjalan menyusuri pedesaan di Loksado menuju lokasi start rafting bambu yang jaraknya mungkin sekitar 1 km dari rumah Kak Ratna.
Suasana Asri di Loksado
Kami berjalan menyusuri jalanan desa dengan sinar mentari yang hangat. Suasana semacam ini benar-benar menyenangkan bagiku. Ditambah pemandangan-pemandangan luar biasa, senyum anak-anak yang bermain-main. Ah, sebuah daerah yang aku rindukan. Meski sinyal internet sangat sulit di sini.
Jembatan Gantung di Loksado
Banyak jembatan gantung di sini, masing-masing jembatan juga menawarkan pemandangan yang luar biasa. Berikut salah satu pemandangan luar biasa dari jembatan loksado yang terletak diatas start rafting bambu.
Sungai Amandit tempat Rafting Bambu
Rafting Bambu di Sungai Amandit Loksado
Rafting Bambu di Sungai Amandit
Akhirnya kami sampai di dermaga dimana rafting bambu akan dimulai. Selain Aku, Kak Farida dan Kak Elis ternyata Sheva juga ikut naik bambu. Jadi satu rakit akan diisi 5 orang dengan satu pengemudi.
Oh iya, sebelum naik rakit, berikut beberapa informasi dan fakta seputar rafting bambu di loksado yang perlu kamu ketahui
Biaya Rafting Bambu untuk satu rakit adalah 300 ribu. Jumlah penumpang maksimal 3 orang dewasa.
Rakit yang digunakan untuk Rafting Bambu ini hanya untuk satu kali pakai. Jadi setiap rakit yang dinaiki hanya akan digunakan untuk satu kali saja.
Harga 300 ribu tidak termasuk penjemputan dari titik finish ke titik start (bisa nego untuk dijemput / naik ojek dari tempat finish. Untuk tarifnya aku kurang tahu)
Lama perjalanan disungai sekitar 2,5 jam perjalanan
Gunakan celana yang tidak terlalu tebal, sehingga bisa cepet kering lagi ketika sampai dititik start. Disarankan tidak menggunakan dress dan rok, karena bakalan ribet banget deh. Serius.
Tidak ada kelengkapan safety seperti pelampung. Namun tidak perlu khawatir karena sungainya tidak terlalu dalam dan setelah melakukan perjalanan tidak ada titik dimana rakit hampir terbalik.
Silakan bawa air minum dan kue untuk camilan di sepanjang jalan karena tidak ada penjual di pinggir kali.
Siapkan kamera dan tas yang waterproof supaya semua barang bawaan aman tidak basah.
Dan petualangan di sungai amandit dengan rakit bambu pun dimulai bapak pengemudinya pun segera tancap gas. Kebetulan kami merupakan rakit pertama yang memulai petualangan hari itu!
Rafting Bambuu di Loksado
Rakit di desain dengan tempat duduk, jadi kamu enggak harus jongkok maupun berdiri. Cukup duduk di tempat yang sudah disediakan. Perjalanan menyusui sungai amandit yang ada di lereng pegunungan meratus benar-benar indah. Jernihnya sungai yang membuatku berani untuk mengambil air dan meminumnya, segarnya mengalahkan air botol kemasan yang aku bawa.
A photo posted by Pandu Aji Wirawan (@ndundupan) on Jul 18, 2016 at 7:41pm PDT
Selain itu, di beberapa titik terdapat pemukiman suku dayak yang beraktivitas di sungai. Mulai dari yang mencuci pakaian, mandi hingga anak-anak yang belajar mengendalikan rakit dan mencari ikan. Mereka tersenyum ramah ketika kami tersenyum sambil memandangi mereka.
Aktivitas di sekitar sungai
Di beberapa titik arusnya cukup deras dan menantang. Nggak perlu gupuh rakitnya terbalik, cukup teriak-teriak aja biar lega. Seperti Kak Elis yang kompak sama Sheva teriak-teriak terus ketika rakit mulai meluncur diantara bebatuan.
Rafting Bambu di Loksado
Setelah dua jam lebih mengarungi sungai Amandit akhirnya tiba di penghujung tempat rafting. Nah, di sini rakit yang dijadikan rakit dijual oleh bapaknya yang nyopirin rakit untuk dibuat betek dan berbagai macam hal yang terbuat dari bambu.
Untuk yang mau kembali ke Loksado bisa naik ojek dari sini, atau ada perjanjian dengan orang Loksado atas untuk dijemput. Biayanya aku kurang tahu, silakan bernegosiasi sendiri. Soalnya kemarin aku dijemput oleh saudara Kak Ratna :D.
Untuk video petualangan di Sungai Amandit ini, mau aku edit dulu, kalau sudah bakal aku upload. Tapi belum memungkinkan untuk saat ini, karena banyak kerjaan yang numpuk :D. Setelah menjelajahi sungai amandit ini kami masih melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Haratai yang akan ditulis pada post selanjutnya. Harap sabar yak 😀
Leave a Comment