Jalan jalan di sungai Brantas |
Pukul setengah sebelas siang aku terdiam sejenak di pusat keramaian Kesamben, Blitar. Terdiam karena bingung mau kemana, karena niat awal ke daerah ini hanya untuk menepati janji mengantarkan barang, barang sudah diantar waktu terus bergulir tapi belum ada rencana pasti mau kemana bareng si Dolis.
Berhubung Dolis merupakan salah satu penggiat lingkungan, akhirnya kami putuskan untuk mampir ke salah satu tempat konservasi ikan bader bang yang terletak di Desa Tawangrejo, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Siapa tahu bisa bertemu dengan penggiat konservasi di daerah tersebut.
Ikan bader bang sendiri bisa dibilang merupakan salah satu iklan asli di sungai brantas yang melalui desa Tawangrejo. Selama ini aku hanya mengikuti update di jejaring sosial, namun belum pernah menyambanginya.
Baca: Naik Gunung Butak via Sirah Kencong Blitar
Perjalanan dari Kesamben ke Binangun tidak terlalu sulit, jalan juga cukup baik dengan pemandangan di padepokan mbah jugo yang enggak sempat aku singgahi. Lokasinya tidak jauh dari jembatan masuk desa Ngadri.
Di salah satu tikungan menuju kawasan konservasi ikan, terdapat sebuah masjid megah yang masih setengah jadi. Seorang pria paruh baya menyapa Dolis, ternyata ia adalah Pak Sonaji, salah satu penggiat konservasi di daerah Tawangrejo ini.
Obrolan hangat seputar dunia permancingan di emperan masjid ditemani secangkir kopi. Aku yang sudah lama enggak macing ya hanya mendengarkan ketika mereka saling bersahutan bercerita tentang spot mancing, jenis ikan dan cara-cara memancing. Maklum, sejak 2007 aku sudah meninggalkan pancingku di Pacitan.
Secangkir kopi telah menemani perbincangan siang itu, Pak Son akhirnya mengajak kami menuju rumah salah seorang rekannya juga yaitu Pak Keceng. Aku enggak tahu nama aslinya siapa, tetapi semua orang di sana memanggilnya begitu. Obrolan hangat pun terjalin dengan segelas kopi (lagi) dan akhirnya ada wacana untuk sowan ke Mbah Roji, penggiat lingkungan lain yang berada di daerah Brongkos, tepatnya di seberang sungai brantas.
Pak Son memberi pakan ikan di Sungai |
Setelah dari rumah Pak Keceng, kami pun melanjutkan perjalanan ke kawasan konservasi bader bang yang berada tidak jauh dari situ. Pak Son mencoba melemparkan pakan ikan ke pinggiran kali, dan beenar ikan kecil-kecil sudah berdatangan untuk menyambut pakan yang disebar.
Berbagai himbauan untuk tidak memancing di kawasan ini juga sudah terpasang, tampak 3 buah kapal ada dipinggiran kali ini. Berhubung kami akan menggunakan sebuah kapal untuk menuju kediaman Mbah Roji di seberang sungai, genangan air hujan dilambung kapal pun dikurangi. Untuk membuat perjalanan menjadi lebih nyaman.
Menyusuri Sungai Brantas di Blitar Timur
Naik Perahu di Sungai Brantas |
Pak Son di Sungai Brantas |
Jagongan di Gubuk Mbah Roji |
Semua ada masanya, persiapkan semuanya dengan matang karena ketika masanya datang semuanya tinggal berjalan sesuai dengan angan-angan. Matangnya pas, enggak prematur yang dipaksakan
Pemancing dari Tulungagung |
Sebelum kembali pulang menuju Tawangrejo, aku sempatkan diri untuk berjalan mengelilingi kebun mbah Roji untuk melihat-lihat. Tampak beberapa orang sedang asyik memancing, bahkan seorang kakek yang berasal dari Tulungagung mancing di sini seorang diri. Tetap asyik dengan beberapa kailnya meski belum dapat ikan sama sekali.
Suasana Gubuk Mbah Roji |
Suguhan nangka manis dari kebun Mbah Roji pun menjadi makanan penutup yang lezat sebelum pulang, meski manisnya nggak seperti biasa karena curah hujan yang terlalu tinggi namun berhasil membuat gigi sempat ngilu saking manisnya. Enggak kebayang gimana manisnya kalau musim kemarau, toh nangka berbuah sepanjang tahun.
Setelah buah nangka habis disantap, kamim bergegas kembali ke Tawangrejo. Cuaca sudah mulai tak bersahabat, langit sudah mulai gelap yang menandakan tidak lama lagi hujan akan turun. Begitu sampai di Tawangrejo, aku melihat bahwa kunci motor masih tertancap di sepeda motor. Desa ini masih cukup aman, karena setelah 3 jam pun sepeda motor enggak bergeser sedikit pun dari tempat aku parkir, padahal sebelumnya juga ada motor terparkir di sebelah motorku.
Naik perahu di Sungai Brantas |
Banyak obrolan baru seputar ide dan perspektif setelah bertemu orang-orang gila di pinggiran sungai brantas ini. Dari situ aku sadar kalau emang masih banyak orang-orang gila di dunia ini, hanya saja mereka belum tampak.
Leave a Comment